JAMBI, AP – Hanya berkisar 30 persen petani di Kabupaten Batanghari yang melakukan transaksi jual beli getah karet di pasar lelang karet yang terdapat di daerah itu.
“Hanya berkisar 30 persen petani dan pembeli yang melakukan transaksi jual beli karet di pasar lelang,” kata pembeli getah karet di pasar lelang Otoh, Sabtu 29 Agustus 2020.
30 persen petani yang melakukan transaksi jual beli tersebut hanya petani yang berada di sekitar wilayah pasar lelang. Sementara petani yang tidak berada di sekitar wilayah pasar lelang karet lebih memilih menjual getah karet nya kepada pengepul yang mendatangi perkebunan warga.
Sementara, transaksi jual beli karet melalui pasar lelang tersebut terbilang efektif bagi para petani karet. Hal itu dikarenakan sistem jual beli yang melibatkan banyak petani dan pembeli tersebut dapat menimbulkan persaingan yang dapat memicu terjadi kenaikan harga.
Meskipun kenaikan harga yang terjadi tidak terlalu tinggi, berkisar Rp500 sampai dengan Rp700 saja. Minimnya petani yang melakukan transaksi jual beli getah karet di pasar lelang karet turut di sebabkan oleh tidak meratanya pasar lelang karet yang ada di daerah itu. Di Kabupaten Batanghari saat ini hanya terdapat tiga pasar lelang karet yang masih aktif.
Tiga pasar lelang karet yang masih aktif tersebut yakni pasar lelang karet di Desa Penerokan dan Desa Ladang Peris Kecamatan Bajubang. Selanjutnya pasar lelang karet di Desa Pelayangan Kecamatan Muara Tembesi.
“Tidak merata nya pasar lelang karet yang aktif menyebabkan harga getah karet di setiap wilayah di Batanghari berbeda,” kata Otoh.
Sementara itu, tidak sedikit saat ini petani karet di daerah itu yang beralih ke komoditi perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut di sebabkan harga getah karet yang tidak kunjung alami kenaikan.
“Sejak enam tahun terakhir harga jual tertinggi karet hanya sampai Rp9.000. Harga jual tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari petani karet, untuk memenuhi kebutuhan lain petani karet harus mencari kerjaan sampingan lainnya,” kata petani karet di Batanghari Teguh.
Menurut teguh, setidaknya harga getah karet berkisar di angka Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kilogram. Dengan harga tersebut petani karet mampu menyisihkan sebagian penghasilan untuk di tabung.
Petani karet di daerah itu berharap agar pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk meningkatkan harga jual karet. Warga menilai jika kondisi harga karet seperti saat ini terus bertahan hingga dua sampai tiga tahun lagi, kemungkinan besar petani karet sudah langka dijumpai. Dan petani akan beralih ke komoditi yang lebih menjanjikan mengingat kebutuhan hidup semakin meningkat.
“Tidak mungkin petani terus bertahan jika harga karet tak kunjung naik, terlebih saat ini harga getah karet malah anjlok,” kata Teguh.
Sebenarnya hal seperti ini seringkali disampaikan Ekonom sekaligus Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi, Usman Ermulan kepada pemerintah daerah. Menurut dia sektor pertanian dapat lebih dimanfaatkan berkontribusi lebih besar, baik dari segi ekspor maupun peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian ini, menurutnya, membantu masyarakat ditengah lesunya ekonomi karena corona saat ini.
Komoditas karet masih bisa diandalkan bagi pendapatan nasional dan devisa negara Indonesia. Pemerintah dapat merundingkan permintaan ekspor karet yang lebih tinggi guna membantu pendapat negara.
“Karena disamping sebagai sumber devisa negara tetapi juga sebagai sumber penghasilan bagi keluarga petani,” ujar eks Anggota DPR RI Komisi Perbankan dan Keuangan, beberapa bulan lalu.
Menurut mantan Bupati Tanjab Barat Jambi dua periode ini, peranan karet semakin terasa jika menurunnya sumbangan minyak dan gas terhadap devisa negara. Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting bukan hanya dari segi ekonomi tetapi juga sosial. Dibalik itu, agar manfaat ekonomi dapat dinikmati lebih besar oleh petani, upaya peningkatan nilai tambah juga harus dilakukan.
Salah satunya, di pemerintah daerah bisa dengan mengundang investor membangun industri pengolahan karet di daerah sentra perkebunan rakyat. Ketersediaan benih unggul merupakan faktor penentu untuk meningkatkan produksi berdaya saing tinggi, juga sebagai solusi bagi kendala yang dihadapi masyarakat.
Karena dengan meningkatnya ekspor karet ditentukan dari hasil kerja keras petani karet yang terus menjaga kualitas. Kata Usman, bila jumlah ekspor lebih tinggi dari impor, maka neraca perdagangan negara surplus. Neraca perdagangan akan defisit jika impor lebih tinggi dari ekspor.
Menurut dia juga, pemerintah harus fokus memperbaiki tata niaga karet dan supaya dapat memberikan kepastian harga yang lebih tinggi diterima petani.
“Jangan sampai dalam waktu pendek, neraca dagang Indonesia mengalami defisit karena pertambahan impor yang lebih besar daripada ekspor,” kata Usman. (Red)