Kualatungkal, AP – Puluhan kerabat dan para sahabat Emilda (32) menyerbu Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Kualatungkal. Mereka menuntut kejelasan soalan penanganan kasus kematian Almarhummah Emilda salah seorang tenaga honorer Perpustakaan Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), yang dianggap meninggal tidak wajar.
Marzuki salah satu kerabat korban dihadapan Kejari Kualatungkal Pandoe Pramoetika meminta, pihak Kejari untuk tidak menutupi-nutupi kasus tersebut. Pasalnya, penangaan perkara kematian ini sudah berjalan 7 (Tujuh) bulan lamanya, namun belum ada kejelasanannya.
“Ini sudah tujuh bulan pak. Hasil visum sudah, otopsi sudah. Dan korban meninggal ditempat tersangka. Apa lagi yang kurang. Kenapa pula berkas P19 dua kali dikembalikan,” ungkapnya seraya membentang sejumlah poster, para kerabat bersama aliansi masyarakat peduli menuntut.
Bahkan, Marzuki pun membantah penjelasan Kejari yang menyebutkan bahwa perdasarkan keterangan dalam BAP, saksi menyebutkan jika korban meninggal di rumah sakit.
“Korban meninggal di rumah tersangka pak! Bukan di rumah sakit. Tidak benar keterangan saksi itu. Bapak jangan bohongi kami,” teriaknya.
Menjawab pernyataan-pernyataan ini, Kejari berdalih bahwa pengembalian berkas P19 lantaran hasil visum dan otopsi tidak menyebutkan apa penyebab kematian korban. Tidak dari luka lebam, tidak juga dari perbuatan tersangka. “Itu yang kurangnya. Makanya, dikembalikan. Biar dilengkapi lagi,” sebut Pandoe.
Namun, apa yang disampai kejari dimentahkan oleh Mardan salah satu aliansi peduli masyarakat. Mardan menyebutkan bahwa apa yang diucapkan kejari berbanding terbalik dengan keterangan Kapolres Tanjabbar. Dimana beliau menyebutkan, jika meninggalnya korban murni akibat over dosis.
“Statemen Kapolres dan keterangan Kasat reskrim yang disampaikan dalam tatap muka beberapa waktu lalu, bertolak belakang dengan apa yang kejari sampaikan sekarang ini,” beber Mardan.
Selain mempertanyakan soal penanganan kasus kematian Emilda, Juki juga mempersoalkan kecil hukuman terhadap tersangka Johni alias Balak atas perkara kepemilikan dan pengguna narkoba jenis extaci yang hanya vonis 10 bulan. Vonis ini dua bulan lebih ringan dari tuntutan jaksa yang hanya satu Tahun kurungan.
“Kalau kecilnya tuntutan jaksa karena paktor tersangka memiliki kartu kuning dan pernah menjalani rehab, itu salah. Banyak yang kenal siapa itu Joni alias Balak. Dia (Balak,red) tidak pernah menjalani rehab. Dia itu sehat-sehat saja,” pungkas Juki.
Sementara Menurut Pandoe, keterangan soal kartu kuning yang dimiliki tersangka, itu dibenarkan oleh dokter viktor. Karena adanya kartu kuning yang diterbitkan sejak Januari 2016 lalu, dokter menyarankan tersangka Balak harus di rehabilitasi.
“Itu pernyataan yang disampaikan dalam persidangan kemarin,” beber Pandoe sembari menambahkan jika pihaknya telah berkerja secara profesional.
Menanggapi ini, Mardan pun meminta pihak Kejati untuk tidak memindahkan atau menukar Kejari Kualatungkal sebelum kasus tersbut selesai.
Tidak puas menyampaikan orasi di Halaman kantor Kajati, pihak keluarga juga menyambangi kantor pengadilan Negri Kualatungkal menuntut dan mempertanyakan ponis hakim. her