Jambi, AP – Petani disentra ikan nila Desa Pematang Jering, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi mengeluh. Pasalnya dengan produksi berlimpah, namun jalan produksi tidak memadai sehingga sulit untuk memasarkan ikan ke pasar.
Ketua Asosiasi Pedagang Ikan Pematang Jering Zulkifli mengatakan, setiap harinya ada sekitar 10 ton ikan nila yang berasal dari lokasi ini. Namun jalan produksi kurang memadai. Selain itu menyusutnya pemukaan sungai Batanghari juga berpengaruh terhadap ikan.
“Ikan juga banyak yang mati, karena suhu sungai tidak normal. Kejadian ini telah biasa dihadapi petani,” ujarnya Selasa (27/12).
Dijelaskannya budidaya ikan nila dalam keramba cukup menjanjikan. Waktu pemeliharaan hanya sekitar tiga bulan sudah bisa dipanen dengan berat 3 ekor perkilonya.
“Satu keramba biasanya isinya sekitar 5.000 ekor bisa panen setengahnya saja sudah untung,” ucapnya.
Menurutnya harga ikan ditingkat petani saat ini mencapai Rp 25.000/kg. Selanjutnya pedagang pengecer di Pasar Angso Duo menjual berkisar Rp 30.000/kg.
“Perbedaan harga ini, disebabkan ongkos angkut dari sini ke Kota Jambi. Umumnya pedagang menggunakan sepeda motor,” jelasnya.
Dikawasan ini menurutnya ada sekitar 6.000 keramba jaring apung yang khusus ikan nila dan 2.000 kolam. “Ada sekitar 400 warga yang ada di desa ini menggantungkan hidup dari budidaya ikan,” jelasnya.
Menanggapi hal ini Gubernur Jambi H. Zumi Zola mengatakan, perbaikan jalan produksi bisa menggunakan dana desa. Selain itu pihak Pemprov Jambi akan mengkaji permintaan masyarakat. Namun demikian kata Zola sudah ada porsi masing-masing. “Kalau jalan desa tanggung jawab pemerintah kabupaten,” ucapnya.
Selanjutnya Zola mengapresiasi kegigihan petani ikan di desa ini yang bisa menjadi pemasok utama ikan nila dibeberapa pasar tradisional di Kota Jambi. “Desa ini merupakan pemasok terbesar ikan nila di Kota Jambi,” ucapnya saat meninjau keramba ikan nila yang terhambar dibibir sungai Batanghari. mas