Muarasabak – Pemberitaan yang sering muncul di televisi saat ini, harga cabai merah maupun harga cabe rawit naik meroket. Harga tersebut berkisaran sekitar Rp 120.000 sampai Rp 150.000 per kilogram. Kenaikan itu membuat para Ibu Rumah Tangga (IRT) dan para pedagang mengeluh. Namun di Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) harga cabe tidak mengalami lonjakan yang tinggi.
Sidah, salah seorang pedagang sayuran di Kecamatan Kuala Jambi mengatakan, beberapa minggu terakhir ini memang harga cabai naik, tapi kenaikan itu tidak seperti pemberitaan di televisi.
“Memang cabai naik harganya, tapi tidak naik tinggi nian,” katanya saat ditemui di warung dagangannya. Selasa (10/01) kemarin.
Dijelaskannya, untuk harga jual dia menjualnya dengan harga Rp 70.000 per kilogram. Sedangkan harga beli dari pasar kalangan sekitar Rp 50.000 per kilogram.
“Cabai ini memang sering terjadi turun naik harga, tapi semenjak adanya berita-berita naiknya harga cabe hingga seratusan, di sini malah tidak pernah naik sampai segitu,” jelasnya.
Harga cabai sebelumnya hanya sekitar Rp 35.000 sampai Rp 40.000. Namun beberapa minggu terakhir ini, cabai tidak mengalami penurunan.
“Ya, kalau biasanya harga cabe cuma Rp 35.000 atau Rp. 40.000. Tapi sampai skerang belum ada turun,” ungkapnya.
Hal ini juga dibenarkan oleh pedagang lainnya, H. Siros. Disebutkannya, harga cabai yang dijualnya sekitar Rp 80.000 per kilogram. Untuk harga cabe yang naik hingga Rp 120.000 itu lanjutnya, kemungkinan penyebabnya karena banyak kebun petani cabe yang terendam banjir.
“Itu salah satu penyebabnya. Tapi saya juga kurang tahu apalagi penyebabnya,” sebutnya.
Selain cabai, tambahnya, harga sayur-sayuran juga mengalami kenaikan, seperti sayur kol, kacang panjang, timun dan lainnya. Kenaikan harga sayur itu juga disebabkan banyaknya kebun sayuran terendam banjir.
“Ya, seperti itu lah memang berdagang, jika terjadi banjir harga-harga kebutuhan dapur menjadi naik,” tukasnya. fni