Terkait Sidak Gubernur ke RSUD Raden Mattaher
Jambi, AP – Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli beberapa waktu lalu sempat melakukan Inspeksi Mendadak (sidak) ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Provinsi tengah dini hari, karna kerap mendapat pengaduan dari masyarakat soal pelayanan di RSUD tersebut, maka Gubernur memutuskan untuk mekalukan sidak.
Ketika sidak gubernur mendatangi satu persatu ruangan dan banyak di temukan sejumlah perawat dan dokter yang bertugas malam itu tertidur pulas. Mendapati hal tersebut, Zola menjadi marah dan sempat membanting kursi.
Di gedung perawatan kelas III, Zola juga mendapati tempat perawat dan dokter berjaga kosong. Dia pun langsung menggedor pintu kamar yang ada di meja penjagaan. Begitu masuk ke dalam kamar tersebut, Zola mendapati para perawat dan dokter juga sedang terlelap tidur. Zola pun tak mampu menahan emosinya dan berteriak membangunkan mereka serta menyuruhnya keluar.
Zola kembali melanjutkan sidaknya ke gedung perawatan jantung. Di sini ruang jaga terlihat kosong. Zola hendak masuk ke kamar di belakang ruang jaga, tapi tidak bisa karena pintu kamar dikunci dari dalam. Berkali-kali digedor, akhirnya pintu dibuka. Begitu masuk Zola menyaksikan para perawat dan dokter yang terbangun dan terkaget-kaget melihat kehadiran dirinya.
Dikatakan Zola sidak yang dilakukannya itu dilakukan setelah mendapatkan pengaduan dari warga yang mengeluhkan pelayanan perawat dan dokter rumah sakit itu.
Zola pun meminta PNS yang tidak disipilin segera pindahkan dari rumah sakit, begitu juga dengan tenaga honorer kalau tidak disiplin tidak menutup kemungkinan juga akan dilepaskan dari rumah sakit tersebut.
“Jumlah tenaga honorer di rumah sakit ini melebihi kebutuhan. Logikanya adalah kalau melebihi berati kualitas pelayanan harusnya lebih juga,” kata Zola.
Terkait temuan itu Zola akan menindaklanjuti, bahkan dirinya akan mengirimkan inspektorat untuk mengaudit untuk mengetahui permasalahannya dimana.
Sementara itu, Plt Dirut RSUD Raden Mattaher drg Iwan Hendrawan, langsung memberikan teguran keras lantaran malu dengan kinerja anak buahnya.
Dirinya langsung memberikan Surat Peringatan (SP) 3 kepada para perawat jaga yang kedapatan tertidur saat jam kerja.
“Padahal kemarin sudah 50 orang dirasionalisasi, tapi kinerja mereka tidak meningkat juga. Jadi yang kedapatan tertidur saat jam kerja pada saat sidak pak gubernur langsung kita SP3,” kata drg Iwan.
Menurut dia, peringatan itu adalah peringatan terakhir bagi para anak buahnya. Di kemudian hari bila masih ada yang kedapatan tidur, akan langsung dipecat.
“Tadi ada 12 orang termasuk satpam kita beri SP3. Bila nanti melakukan kesalahan lagi, mereka bisa langsung dipecat,” katanya menambahkan.
Kedatangan Gubernur Zola tersebut direkam dan disebar luaskan di dunia maya, membuat Perkumpulan Dokter Indonesia Bersatu (PDIB) mengeluarkan surat terbuka kepada Gubnernur yang berisikan.
Menanggapi sidak Bapak Gubernur Jambi di RSUD Jambi, saya berfikiran positif. Bapak mau melihat sendiri kondisi dilapangan bagaimana kondisi di rumah sakit dinihari. Itulah fakta yang Bapak temui dan membuat bapak berlaku seperti yang kita lihat di rekaman rekaman yang beredar di medsos.
Jika Bapak beranggapan bahwa ini adalah suatu kegagalan, maka kegagalan itu adalah kegagalan pimpinan. Tanggung jawabnya adalah tanggung renteng mulai dari atas sampai ke bawah. Tentu saja Bapak sendiri dan Kepala Dinas serta Direktur RS sangat bertanggung jawab.
Ada satu hal yang mungkin bawahan bapak lupa menyampaikan. Pelayanan di RS merupakan suatu sistem mulai dari “front office” ditempat pendaftaran yang dilakukan tenaga non medik, kemudian dilayani perawat dan dokter di triase yang memilah milah pasien berdasarkan urgensi pasien. Sampai nanti pasien jika perlu ditangani dan dioperasi oleh dokter bedah. Atau diobati oleh dokter penyakit dalam, dokter anak atau dokter kandungan. Sistem ini bergerak dan yang diukur adalah respon dari sistem ini. Dikenal dengan nama “respon time”.
Jika tidak ada pasien dan tidak ada pemberitahuan dari “Front Ofiice” bahwa ada pasien, maka sistem ini akan “dormant”. Buat apa dokter spesialis bedahnya bangun sementara operasi tidak ada dan pasien yang ditangani tidak ada. Buat apa dokter spesialis penyakit dalamnya melek terus sementara pasien yang urgen ditangani tidak ada. Yang sangat perlu adalah , jika ada pasien perlu ditangani maka sistemnya langsung jalan.
Sebaiknya jika Bapak mau menilai RS di wilayah yang Bapak pimpin, itulah yang dinilai. Kirim dan ikuti seorang pasien secara diam diam mulai dari pendaftaran sampai dia mendapat pelayanan. Ukur waktunya. Lihat respon petugasnya. Lihat cara mereka melayani orang sakit. Manusiawikah mereka terhadap pasien. Dengan cara begini Bapak akan mendapatkan data yang sangat akurat dan bisa dipertanggung jawabkan serta bisa menghapus kesan kurang baik.
Berbicara soal manusiawi, lihat juga , apakah memang petugas petugas medis, paramedis dan non medis yang merupakan anak buah bapak diperlakukan manusiawi. Lihat makanan mereka, lihat minuman mereka, lihat pakaian mereka dan jangan lupa lihat wajah mereka dengan hati. Lihat dengan hati yang jernih. Lihat baju lusuh mereka, lihat mata merah mereka Bapak akan mendapat banyak hal yang akan mengejutkan Bapak sendiri. Dan data yang Bapak peroleh bukan hanya bisa digunakan di Jambi, tetapi juga bisa sampai ke luar Jambi. Bahkan bisa anda jadikan contoh di nasional.
Bapak lihat daftar jaga mereka, tanya kapan mereka berangkat dari rumah dan kapan mereka pulang. Kapan mereka bisa berkumpul dengan keluarga. Tanya bagaimana kondisi anak anak mereka, tanya bagaimana istri mereka. Panggil pimpinan mereka, panggil direktur mereka, panggil semua pihak yang berkepentingan . Akan lebih banyak hal yang Bapak peroleh ketimbang hanya menemukan petugas “tertidur”. Data Bapak akan sangat berguna.
Pasien diruangan adalah pasien yang sudah stabil dan tidak perlu dipelototin 24 jam, juga kalau dipelototin gak ada gunanya karena pasien tidur. Beda jika Bapak Gubernur meninjau ICU dan HCU . Pasiennya perlu dipantau terus langsung dan angka angka vital nya di monitor. Ini memang perlu ada petugas yang memantau perubahan pada pasien.
Akan lebih bagus juga Bapak melihat pendapatan mereka. Tanya satpam, tanya pegawai, tanya dokter berapa pendapatan mereka. Apa yang mereka bawa pulang. Apakah mereka memiliki rumah. Cukupkah pendapatan mereka untuk membeli atau hanya menyewa rumah dari gaji yang mereka bawa pulang.
Terima kasih kepada Bapak, karena dengan cara begini sebetulnya membuka juga ruang bagi kami agar Pemda memperlakukan tenaga kesehatan lebih manusiawi kedepannya dengan jam kerja yang jelas sama seperti pegawai lain.
Wajar juga jika kami meminta diperlakukan layak, bekerja yang layak, istirahat yang layak. Beranikah Bapak memberlakukan untuk Propinsi Jambi jam kerja tenaga kesehatan sama dengan jam kerja pegawai negeri lain. Jika kami sudah bekerja sudah 40 jam dalam seminggu maka kami boleh istirahat di rumah tanpa diganggu oleh panggilan dinas dan tugas jaga. Jika bisa kami salut dan kami sangat mengapresiasi Bapak.
Beredarnya video saat Zumi Zola melakukan sidak, menadapat keritikan dari Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kemendagri, Menurut Sumarsono, aksi Zumi Zola ini dinilai masuk ke ranah etika pemimpin yang ada batasnya. Seperti yang dikutip dari pernyataannya, ‘sebenarnya apa yang dilakukan Zumi Zola itu lebih kepada etika pemimpin. Mungkin maksudnya bagus. Namanya seperti orang tua kepada anak kadang dikerasin. Tapi ada batas- batasnya’, ujarnya (01/22).
Menanggapai hal ini dan juga menuai Pro dan Kontra dari masyarakat serta Banyak yang memuji tindakannya tapi tidak sedikit pula yang menganggap tindakannya keterlaluan.
“Saya sudah satu tahun menjadi Gubernur, banyak sekali pengaduan yang saya terima tentang pelayanan RSUD yang tidak sesuai,” ungkap Zola.
Zola juga mengatakan bahwa yang ia lakukan bukan serta merta tidak dalam proses, tetapi sudah melalui tahap pengawasan, sosialisasi, sampai akhirnya sidak Jumat dini hari tersebut.
“Saya sangat berterima Kasih kepada Tim medis, Dokter, Perawat dan Apoteker. Saya tahu tugas mereka juga berat saya meminta layani masyarakat sebaik-baiknya,” kata Zola.
Selain itu Zola juga mengatakan ia siap di benci karena tindakan tersebut. Zola telah menerima berbagai kritikan pedas dari berbagai pihak yang tidak menyukai tindakannya.
“Saya siap dibenci, saya rela saya ambil resiko orang membenci saya, tapi yang saya lakukan ini demi masyarakat jadi saya siap dibenci masyarakat,” tegas Zola Kemarin, (22/01). tim