Bangko, AP – Kecamatan Pangkalan Jambu dan Sungai Manau, lima tahun lalu merupakan lumbung padi Kabupaten Merangin. Namun sejak masuknya aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI), sawah-sawah warga menjadi hamparan batu.
Tergiur butiran emas, membuat warga rela merusak sawah yang berpuluh-puluh tahun tempat mereka bercocok tanam untuk keberlansungan hidup. Larangan merusak lingkungan oleh pemerintah tak sedikitpun dihiraukan.
Dari sekian banyak warga yang merelakan sawahnya untuk aktivitas PETI, ada juga dari mereka yang sama sekali tidak tertarik merusak sawahnya demi butiran emas tersebut.
Salah satunya Mutarudin, warga Bukit Perentak, Kecamatan Pangkalan Jambu ini, ia tolak uang Rp 2 Miliar demi mempertahankan sepetak sawah yang sudah bertahun-tahun menghidupi keluarganya.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Merangin, Rumusdar, bahwa tidak semuanya warga di Pangkalan Jambu merusak sawahnya untuk aktivitas PETI.
“Ada bapak Mutarudin namanya, sawahnya kurang lebih satu hektar, ditawari Rp 2 Miliar untuk lahan PETI, tapi itu ditolaknya,” ungkap Rumusdar.
“Pemikirannya sangat bagus, ia berpikir uang tersebut akan cepat habis. Sementara sawah itu akan mampu menghidupi keturunannya, makanya ia rela menolak uang 2 M itu,” tambah Rumusdar.
Rumusdar melanjutkan, setelah butiran emas sulit didapat, kini banyak warga kembali berpikir untuk kembali bersawah. Walau harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, namun ada warga yang berupaya mengubah hamparan batu bekas PETI untuk dijadikan sawah lagi.
“Memang sejak PETI sangat sedikit sawah yang bertahan. Meski tidak digarap PETI sawah yang ada juga tidak ditanami lagi. Selain turunnya semangat warga, irigasi juga banyak rusak karena aktivitas PETI,” ujarnya.
“Namun kini sudah ada warga secara swadaya bersawah lagi. Bekas PETI itu mulai ditanami, sudah ada yang dua kali panen. Untuk Pangkalan Jambu sekitar 60 hektar sawah sudah mulai difungsikan lagi,” tuturnya lagi.
Sejak berkurangnya butiran emas, sebut Rumusdar, animo masyarakat untuk bersawah kembali sangat tinggi. Mereka juga berharap pemerintah memperhatikan untuk cetak sawah baru.
“Animo masyarakat sangat tinggi untuk sawah, mereka berharap pemerintah memperhatikan untuk cetak sawah baru. Kini seperti Desa Bungo Tanjung, Kampung Limo dan Tanjung Mudo, warga sudah mulai bersawah,” sebutnya.
Rumusdar juga memperkirkan karena PETI kurang lebih 1.200 hektar sawah di Pangkalan Jambu, Sungai Manau dan Tabir Barat rusak karena.
“Kita memang tidak melakukan pendataan secara langsung, namun perkiraan kita sekitar 1.200 hektar sawah rusak karena PETI,” tuntasnya. nzr