Jambi, AP – Banjir yang melanda sebagian wilayah di Provinsi Jambi bukan hanya menenggelamkan pemukiman warga. Beberapa fasilitas seperti sekolah yang berada di dataran rendah juga ikut terendam air.
Seperti yang dialami SDN 86/IV di Kelurahan Legok, Kota Jambi. Akibat banjir yang terjadi sejak beberapa hari lalu, aktivitas guru dan siswa menjadi terganggu.
“Banjir ini sudah berlangsung beberapa hari, tapi 2 hari belakangan ini debit air bertambah,” jelas Basyir, Kepala SDN 86/ IV Kota Jambi, Rabu (15/03).
Menurutnya, aktivitas sekolah saat terganggu, karena siswa harus menggunakan perahu sampan sehingga terlambat datang ke sekolah.
“Jalan yang biasa dilewati menuju sekolah terendam air, jadi siswa kita menggunakan perahu sampan yang diantar orangtuanya,” katanya.
Bukan hanya jalan menuju sekolah saja yang terendam, aktivitas di sekolah juga terganggu, karena beberapa ruang belajar siswa tergenang air.
“Sudah 2 hari ini, kelas IV yang memiliki 2 ruangan belajar tidak bisa digunakan, karena kondisinya tergenang air,” ungkapnya.
Kondisi ini menyebabkan, sekolah memindahkan siswa Kelas IV untuk belajar di kelas lain guna mengejar ketertinggalan materi pelajaran.
“Sementara untuk siswa kelas I dan II terpaksa kita liburkan, karena ruang belajarnya digunakan Kelas IV untuk belajar,” katanya.
Langkah melibarkan siswa Kelas I dan II ini juga untuk mengantisipasi banjir yang mungkin bertambah parah. “Karena kelas I dan II ini ada yang tidak bisa berenang, makanya sekolah meliburkan saja,” terangnya.
Apabila kondisi air nantinya tidak menyurut dan debit air bertambah, kemungkinan kelas lain yang tergenang akan diliburkan juga.
“Posisinya sekarang air sudah hampir sampai di lantai kelas, otomatis kalau debit air bertambah akan menggenangi kelas lain. Terpaksa sekolah meliburkan kelas lainnya,” katanya lagi.
Pihaknya kata Basyir sudah melapor ke UPTD dan berharap ada bantuan dari Dinas Pendidikan. “Sudah kita sampaikan ke UPTD dan UPTD kemungkinan sudah melapor ke Dinas Pendidikan,” sebutnya.
Basyir mengaku pihaknya belum bisa mendata berapa kerusakan yang dialami akibat banjir ini, namun dari pantauan saat ini lantai sekolah yang terbuat dari papan beberapa sudah copot, karena tak kuat menahan tekanan air dari bawah.
Pada tahun 2003 lalu, kata Basyir sekolah ini juga pernah terkena banjir, namun kondisinya tidak separah saat ini. “Terakhir banjir tahun 2003 lalu, tapi tidak sebesar ini, apalagi sampai masuk ke dalam kelas,” paparnya.
Umi Kalsum, salah satu siswa Kelas VI, meskipun banjir, dirinya dan kawan- kawan tetap melakukan kegiatan belajar mengajar.
Diakuinya, akibat banjir ini, aktivitas ke sekolah terganggu, karena harus menggunakan sampan yang memakan waktu.”Semenjak bajir, ke sekolah sering terlambat, karena menggunakan perahu,” kata bocah berhijab ini.
Ia berharap pemerintah tidak tinggal diam dan segera menangani permasalahan ini, sehingga kegiatan belajar mengajar siswa tidak terhambat dan siswa lebih siap menghadapi ujian nasional yang sebentar lagi.
“Pengennya pemerintah peduli sama sekolah kami, biak kami bisa belajar dengan tenang,” katanya. met