Kerinci, AP – Pasca Bentrok antara peladang dari luar wilayah Depati Muaro Langkap Tamiai, dengan warga Desa Tamiai Gubernur Jambi, Kapolda dan Danrem Jambi turun kelokasi bentrok.
Salasa (21/03) Gubernur Jambi bersama rombongan datang dengan menggunakan Helikopter, sesampai dilokasi Gubernur bersama rombongan langsung melakukan pertemuan tertutup dengan pihak terkait dan tokoh Tamiai, di kantor camat.
Selanjutnya Gubernur bersama rombongan, melakukan pertemuan disalah satu rumah depati Muaro Langkap. “Saat ini situasi sudah kondusif, dengan bantuan aparat kepolisian maupun TNI, dan semua elemen terkait,” ungkap Gubernur Jambi, H.Zumi Zola Zulkifli, usai melakukan pertemuan.
Selain itu, Gubernur juga menuturkan, untuk pertemuan kedua belah pihak, untuk mendengar apa harapannya. Pengakuan Zumi, semua tokoh masyarakat, ninik mamak, dan kita semua mengingin persoalan ini diselesaikan dengan baik.
Masih menurut Gubernur, dalam pertemuan lebih satu jam di kantor Camat, kedua belah pihak juga sepakat tak ada lagi aksi anarkis.
“Kami pemerintah termasuk pak Bupati menengahi, mencari solusi. Alhamdulillah satu kesepakatannya adalah kedua pihak tak adalagi melakukan aksi anarkis,” sebut Zumi Zola.
Penuturan dia, untuk pertemuan kedua, akan dilakukan di kantor bupati Kerinci. Meskipun demikian, Zumi juga berharap, semua elemen tetap menjaga keamanan.
“Pertemuan dilanjutkan besok (hari ini, red) dan masalah ini akan diselesaikan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta berpegang pada hukum adat,” sebut dia.
Pasca kerusuhan, tokoh adat Depati Muaro Langkap Tamiai, Helmi, menyebutkan, penertiban tanah wilayah adat (wilayat) Muaro langkap merupakan permintaan masyarakat Tamiai. Selain itu, sebut dia, masyarakat Tamiai adalah masyarakat yang cinta damai.
“Kalau mereka (peladang,red) punya surat jual beli atau surat keterangan dari adat, ya silakan digarap ladangnya,” ungkap Helmi.
Kepala desa Pasar Tamiai, Marsal, menyebutkan, kejadian bentrok, diperkirakan sekitar pukul 10.00 wib. Malah menurut dia, ratusan masyarakat peladang mendadak datang, sehingga masyarakat setempat jadi panik.
Dengan kondisi ini, seluruh masyarakat Tamiai keluar. Akibatnya, terjadi keributan yang berakibatkan kepada pembakaran terhadap puluhan kenderaan roda dua milik peladang dan pegawai kantor camat Batang merangin, yang sedang terparkir.
Sementara itu, tokoh masyarakat yang juga anggota DPRD kabupaten Kerinci, Jendril, juga mengakui penertiban peladang sudah menjadi keputusan Adat depati muaro langkap Tamiai.
“Ya, ini sudah menjadi keputusan anak batino anak jantan, dan dikukuhkan secara adat,” sebut Jendril.
Penuturan Jendril, kesepakatan ini, disebabkan karena kondisi pertanian masyarakat Tamiai yang sebelumnya melimpah dengan pengairan, namun saat ini sering kekeringan.
“Penertiban peladang, khususnya didaerah tanah wilayat yang berada dihulu sungai, selain itu, kalau mereka (peladang) memiliki surat jual beli dan ajun arah adat tidak ada masalah, sebab masyarakat Tamiai sangat percaya dengan Adat,” ungkap Jendril.
Pengakuan Jendril, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, warga peladang terus dilakukan evakuasi.
“Ya, saat ini, saya bersama pihak keamanan melakukan pengawalan evakuasi, saat ada sekitar dua puluh mobil evakuasi yang kita kawal”, ungkap Jendril, saat dihubungi melalui telponnya, pukul 14.58 wib, kemarin. (hen)