Jambi, AP – Pihak Inspektur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak semua pihak untuk mengawasi anggota keluarga dan lingkungan masing-masing.
Seperti disampaikan Inspektur BNPT, Amrizal, di era saat ini kecenderungannya banyak anak-anak yang lebih asyik menggunakan handphone, ketimbang melakukan interaksi dengan orang lain.
Menurut dia, jika keluarga lalai mencermati fenomena ini, secara tidak langsung paham radikalisasi terorisme akan mudah masuk.
“Sekarang anak-anak asyik main handphone. Sekarang jarang lagi kita dengar suara anak-anak;” kata Amrizal saat menyampaikan materinya di acara Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian yang dilaksanakan BNPT bersama FKPT Jambi di Odua Weston Jambi, Kamis (20/4).
“Disinilah kita sering kecolongan. Kita tidak tahu apa yang sedang mereka buka. Malahan di era sekarang, tak hanya anaknya, orangtuanya pun asyik main handphone. Selain handphone itu ada manfaat, kan banyak juga yang berbahaya,” ujarnya lagi.
Oleh sebab itu, Amrizal mengatakan, semua pihak perlu terlibat dalam upaya pencegahan ini. Terutama sekali unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, pemuda, LSM, dan media massa, patut berperan serta dalam hal ini.
Dia mengatakan, peran semua pihak terkait sangat penting karena ada sejumlah potensi yang bisa muncul.
“Masyarakat saat ini sering tidak mau menerima para mantan narapidana teroris, keluarga mantan teroris. Kalau itu terjadi, tentunya bukan tidak mungkin mereka kembali lagi kelompoknya. Karena mereka tidak diterima di masyarakat,” katanya.
“Makanya yang jadi sasaran kita, selain yang di dalam Lapas, di masyarakat, kita memantau potensi masyarakat untuk radikal, keberadaan mantan narapidana teroris, keluarganya, maupun jaringannya,” ucapnya lagi.
Dia mengatakan, berdasarkan data tahun 2012, berdasarkan profil pelaku terorisme, dari tamatan SLTA sebanyak 63,6 persen. Lalu tingkat universitas 21,9 persen, SMP 10,9 persen dan tamatan SD 3,6 persen.
“Dengan kenyataan ini, kami mengajak ibu-ibu supaya bisa memagari keluarganya,” katanya lebih lanjut.
Sementara itu, Siti Darajatul Aliah dari Yayasan Prasasti Persamaian, mengatakan bahwa anak-anak memang rentan terkena kasus terorisme ini.
Terlebih, kata dia, fakta yang terjado sekarang banyak anak-anak yang direktrut lewat media sosial.
“Kalau dulu pendekatannya lewat kelompok-kelompok. Pola ini mudah dikenali. Tapi kalau sekarang, sudah sudah dikenali. Karena pendekatannya masuk lewat media sosial,” ucapnya.
“Sekarang mereka (pelaku terorisme, red) tidak harus berasal dari kelompok-kelompok kegamaan. Sekarang lebih cair. Yang tidak terikat dengan kelompok manapun juga bisa kena,” ujarnya.
Untuk diketahui, selain dihadiri oleh kedua narasumber ini, acara tersebut juga menghadirkan narasumber dari Korem 042/Gapu, Mayor Imam Syafei. Usai dialog diselenggarakan, para tokoh perempuan yang hadir lalu melanjutkan kegiatannya dengan membagi-bagikan bunga ke pengendara jalan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk komitmen dan kepedulian akan bahaya tumbuh kembangnya radikalisme di tengah masyarakat. met