Kualatungkal, AP – Potensi air hangat di desa Pematang Buluh kecamatan Betara kondisinya mulai memprihatinkan. Selain kurang nyaman, fasilitas pemandian dan WC kini mulai menjadi keluhan pengunjung.
Kondisi itu mengurangi daya tarik wisata dan mengurangi animo pengunjung untuk menikmati air panas.
Sayangnya potensi wisata yang sangat menarik nampak tidak pernah digarap secara maksimal. Padahal potensi itu bisa mendatangkan pendapatan kepada desa dan warga sekitar. Kurangnya promosi pemandian air panas tersebut, masih banyak warga yang tidak mengetahui keberadaanya.
Rita, salah seorang masyarakat Kota Kualatungkal, yang mendatangi pemandian air panas tersebut menyatakan bahwa fasilitas yang mereka butuhkan masih tidak memadai. Sehingga, tidak banyak yang bisa menikmati pemandian air panas seperti yang mereka inginkan.
“Melihat kondisi pemandian, mulai dari tempat mandi, toiletnya (pria-wanita), saya kaget dan terkejut, tempatnya kotor dan tidak memadai sekali. Kita jadi ragu ingin menikmati pemandian tersebut seperti yang kita inginkan,” ungkapnya.
Rita mengatakan, seperti di bak pemandian air panas, baik bak, dinding, lantai dan ciduk (gayung) airnya, sangat kotor dan berlumut. Apalagi toiletnya sangat jorok. Sepertinya semua tempat ini, tidak terawat dan dibiarkan saja.
Bukan hanya Rita, pengunjung lain, Tobing, mengaku sering menikmati pemandian air panas yang bersumber dari alam tersebut. Bahkan dirinya selalu menyempatkan diri untuk menikmati mandi di pemandian air panas tersebut.
“Sejak bertugas di Betara, kalau ada waktu, saya sering sempatkan mandi di pemandian ini,”ungkapnya.
Tobing sendiri memilih sering mandi di pemandian ini untuk terapi dirinya. Diungkapkannya bahwa dirinya mengalami gangguan tidur. Sehingga tidurnya tidak nyaman dan gelisah. Setelah melakukan pemandian dengan air panas tersebut, tubuhnya merasa lebih rileks dan mulai bisa menikmati tidur dengan normal.
“Saya hanya sering tidur gelisah kalau malam. Tapi sejak mandi di pemandian air panas alam ini, sudah jarang bahkan sudah berangsur normal. Makanya kalau ada waktu saya sempatkan mandi di pemandian alam ini,” ujarnya.
Ramlan (petani) sekaligus ikut menjadi petugas sukarelawan tempat pemandian ini mengatakan kondisi sekarang tempat pemandian ini sangat sepi dari pengunjung. Bahkan dalam satu hari, dihari-hari libur, paling banyak hanya dapat omset lebih dari Rp 100 ribu per harinya. Dan uang sumbagan pengunjung itu juga diperuntukan buat dana pembanggunan Masjid.
Ramlan mengatakah, awalnya ditemukan sumur air panas ini sekitar tahun 2012. Tempat ini setiap hari penuh dijunjungi orang. Mereka itu bukan hanya berasal dari kota Kuala Tungkal, ada juga yang datang dari Provinsi lain, bahkan ada juga yang dari Pulau Jawa.
Bagi pendatang dari jauh dirinya menyediakan atau menyewakan tempat dibagian belakang rumahnya untuk beristirahat selama satu atau dua hari. Tetapi jasa penyewaan itu sudah tidak pernah terisi kembali.
“Kini tidak pernah ada lagi yang menginap,” ungkapnya.
Kepala Desa Pematang Buluh, Komarudin, juga tidak mengelak mengenai kondisi pemandian air panas tersebut. Dirinya membenarkan kondisi pemandian tersebut sangat memprihatinkan.
“iya memang saat ini kondisi tempat pemandian alam itu sangat memprihatinkan dan kotor sekali. Tapi kita akan coba gaet pihak swasta karena anggaran kita tidak ada,”pungkasnya. mg