Kotajambi, AP- Belakangan ini Bank Indonesia Perwakilan Jambi kerap menerima laporan dari masyarakat adanya lembaran Uang Palsu (Upal) yang beredar. Upal yang beredar di tengah masyarakat tidak saja pecahan besar seperti Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu, namum kini ada pecahan kecil Rp 5.000.
“Bank Indonesia secara resmi sudah mendapatkan laporan dari masyarakat yang banyak menemukan upal pecahan Rp 5.000,” ujar Ismidul Ainain, Kepala Unit Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi. Kamis (4/5).
Hanya saja, pihaknya sampai saat ini masih belum mengetahui upal tersebut berasal dari mana. Namun, setiap minggunya pihak BI Jambi selalu melaporkan setiap data adanya Upal untuk dikirim ke pusat secara periodik.
“Ada sistem di BI pusat dan Mabes Polri yang bisa mengetahui secara pasti upal tersebut. Apakah upal yang beredar dari sindikat lokal, nasional atau internasional. Di Kota Jambi sudah ada beredar dan sudah terdapat puluhan lembar upal. Memang kecil kelihatannya, tetapi tetap merugikan secara keseluruhan. Berartikan sudah ada indikasi,” ujarnya.
Temuan ini, semakin menguatkan bukti bahwa pelaku pemalsu uang rupiah, tidak hanya menyasar pecahan besar, tapi juga menyasar uang pecahan kecil.
“Beralihnya pembuatan dan peredaran upal pecahan kecil Rp 5.000 lebih kepada memanfaatkan kelengahan masyarakat terhadap uang pecahan kecil. Cuma 5.000 doang,” tukasnya.
Pelaku pembuat upal sudah berpikir selama ini upal pecahan besar seperti pecahan Rp 100 ribu dan 50 ribu mudah dikenali dan sudah biasa. Sampai hari ini, secanggih apapun Upal dibuat dipastikan tak dapat meniru cetakan uang asli BI. Pelaku pembuat Upal hanya lebih memanfaatkan ketidak tahuan dari masyarakat. Untuk mempermudah masyarakat mengetahui ciri-ciri upal pecahan Rp 5.000, dia menerangkan, pada serinya selalu berhuruf LJF. Sedangkan pada angkanya terdapat tiga digit awal 992 diikuti angka lainnya.
“Nomer seri pada duit BI terdiri dari huruf tiga dan angka ada enam. Contoh seri pada duit palsu 5.000 yang banyak ditemukan adalah LJF992XXX. Jika ada warga yang menemukan uang dengan seri seperti ini, diharapkan untuk waspada dan melapor. Meski temuan uang 5.000 yang dipalsukan adalah uang cetakan lama namun peredarannya lebih banyak di daerah dan warung-warung kecil,’’ katanya.
Peredaran uang palsu menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi V Carlusa biasanya memanfaatkan momen tertentu, seperti Ramadhan dan hari raya.
“Karena itu masyarakat harus waspada. Bila bertransaksi agar lebih teliti lagi dengan cara 3D, dilihat, diraba dan diterawang. Dilihat warnanya, dilihat tanda airnya dan benang pengamannya. Itu sulit dipalsukan,” ujarnya.
Ia pun menghimbau agar masyarakat lebih mengenali keaslian uang rupiah mereka. Jika ada yang menemukan upal agar segera melaporkan ke BI atau pihak kepolisian. bdh