Jambi, AP – Sebanyak 25 penyuluh pertanian kabupaten/kota di Provinsi Jambi mengikuti Sekolah Lapang Iklim (SLI) tahap kedua yang diselenggarakan Stasiun Klimatologi Muarojambi.
“Sekolah lapang iklim bertujuan agar penyuluh pertanian bisa meningkatkan pemahaman informasi iklim dan perubahan cuaca ekstrem untuk disampaikan kepada pada masyarakat petani,” kata Kepala Bidang Manajemen Operasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Pusat, Basuki, Kamis (04/05).
Dalam SLI tahap dua ini khusus untuk para penyuluh saat di lapangan mulai dari bagaimana bisa membaca informasi iklim kemudian bisa memanfaatkannya untuk peningkatan produksi panen.
“Selain itu juga bisa menyampaikannya kepada para petani dengan bahasa yang mudah,” katanya.
Dengan adanya pemahaman informasi iklim tersebut diharapkan para petani dapat bercocok tanam dengan kondisi iklim yang ada dan bisa mengatasi masalah kondisi perubahan iklim ekstrem.
Kendala yang terlihat selama ini secara nasional menurut Basuki adalah terjadinya kesinambungannya di lapangan, sehingga setelah SLI itu nanti berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi apakah bisa disebarluaskan ke petani lain.
“Jadi tidak hanya pada peserta tapi mereka juga harus bisa menyebarkan kemudian bisa mengubah kebiasaan petani dari kebiasaan tradisional diubah dengan cara yang baru,” katanya menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi pada BMKG Jambi Syafrinal mengatakan pada satu sisi iklim sudah mengalami perubahan suhu yang ekstrem. Melalui sekolah lapang itu nantinya para penyuluh pertanian dapat melakukan mitigasinya jika terjadi perubahan-perubahan ekstrem. Ia mengatakan beberapa dampak positif yang didapat petani yakni yang biasanya produksinya 4,5 ton per hektare menjadi rata-rata 7 ton per hektare. Dan itu menjadi suatu prestasi bahkan ada yang 9,06 ton per hektare.
“Dengan adanya Sekolah Lapang Iklim ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan masyarakat terkait anomali iklim,” kata Syafrinal menambahkan. ant