Bangko, AP – Prosesi “bantai adat” atau membantai massal hewan ternak besar seperti sapi dan kerbau di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi dapat menekan harga daging jelang bulan Ramadhan.
“Prosesi bantai adat” mampu menekan harga daging di pasaran, sehingga harga daging tidak melambung saat jelang Ramadhan maupun Idul Fitri,” kata Bupati Merangin, Al Haris di Merangin, Rabu (24/05).
Haris menjelaskan, “bantai adat” adalah tradisi masyarakat Kabupaten Merangin secara turun temurun, yang dilakukan menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Hewan yang disembelih hasil pembelian dari beberapa kepala keluarga dan dagingnya dibagi-bagi lagi ke beberapa kepala keluarga yang membeli hewan itu.
Selain itu ada juga hewan yang tidak dibeli secara kelompok. Namun dibeli dan disembelih oleh para saudagar (Pegadang) yang kemudian dagingnya dijual kepada masyarakat dengan harga jauh di bawah harga pasar.
“Biasanya daging yang didapat dari acara prosesi “bantai adat” Ramadhan seperti saat ini masing-masing keluarga memasaknya untuk kebutuhan selama Ramadhan. Jika “bantai adat” Idul Fitri dagingnya untuk kebutuhan selama Lebaran Idul Fitri,” kata Haris menjelaskan.
Bupati sangat mendukung tradisi “bantai adat” tersebut, kerena banyak manfaat yang dirasakan. Selain sebagai ajang silaturahim, “bantai adat” juga sebagai kegembiraan masyarakat menyambut Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
“Yang jelas menu beberapa minggu puasa sudah terjamin, ada dagingnya. Tinggal menambahkan sedikit sayuran dan takjil saat berbuka puasa. Pastinya selama puasa baik saat buka maupun sahur, di setiap rumah ada rendang,” ujarnya. nzr
Prosesi “bantai adat” menjelang Ramadhan di Kabupaten Merangin itu dipusatkan di Kecamatan Tabir. Sebanyak 70 ekor hewan ternak sapi dan kerbau disembelih secara massal dan disaksikan ribuan masyarakat. nzr