Kualatungkal, AP – Penyerapan beras lokal oleh Perum Bulog Divisi Regional Kualatungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), masih terbilang rendah.
Ini dikemukakan Kepala Bulog Kualatungkal, Tomy Wijaya mengatakan, saat ini beras hasil tanaman petani lokal yang masuk ke Bulog hanya 38.300 Kg.
“Rendahnya harga Pembelian Pemerintah, petani lebih memilih menjual ke luar daerah,” sebutnya.
Diakui Tomy, selama ini pihaknya hanya bisa menampung sebagian
kecil hasil panen petani sawah di Kabupaten Tanjabbar, karena Harga Pembelian Pemerintah (HPP) rendah.
Dengan HPP yang besarnya Rp 6.600/kg, petani lebih memilih menjual berasnya ke pasar tradisional dan keluar daerah Tanjabar, karena harganya lebih tinggi.
Ia mengatakan, sejak Januari hingga Juli 2014, hanya empat ton beras petani lokal yang terserap oleh Bulog.
Dari segi kualitas, beras kampung (sebutan beras lokal, red)) tak kalah saing dengan beras luar seperti dari Lampung maupun Palembang.
“Kualitas seperti kadar air tetap standar, dan tidak ada masalah. Cuma terkendala dengan HHP yang terbilang murah,” sebut Tomy.
Pihaknya tetap memberikan peluang bagi petani Tanjabar, untuk menjual hasil panen ke Bulog, namun Bulog juga tidak bisa memaksa petani harus menjualnya ke Bulog.
“Kalau petani mau jual, kita beli dengan harga sesuai yang di putusankan pusat. Itu sudah ketetapan dari pemerintah, jadi tidak bisa dinaikkan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan tanaman pangan Zainuddin saat dikonfirmasi mengenai kecilnya jumlah beras yang diserap buloq tidak menampiknya.
Menurut dia, banyak petani yang menjual hasil tanaman mereka ke luar daerah, disebabkan perbedaan harga.
“Diluar daerah, beras Tanjabbar di bandrol Rp 9.000 sampai Rp 10.000 perkilo, jadi wajar jika petani pilih melegonya ke luar,” sebut Zainuddin. mg