Jambi, AP – Peneliti Bidang Linguistik pada Kantor Bahasa Provinsi Jambi, Natalpe Sitanggang mengungkapkan sejumlah bahasa daerah di provinsi ini terancam diambang kepunahan yang disebabkan oleh beberapa faktor.
“Jumlahnya ada belasan bahasa daerah di sini yang terancam punah dan juga bahkan ada yang sudah punah atau tidak ada lagi,” kata Natalpe Sitanggang, Kamis (13/07).
Di Provinsi Jambi, kata dia, terdapat 17 penuturan bahasa yakni Bahasa Suku Kubu, Batin, Serampas, Kerinci, Talangmamak, Lalang, Bayat, Ulu Lako, Tungkal, Dawas, Supat, Jambi, Pindah, Penghulu, Orang Laut, Bangsa Duabelas dan Duano.
“Dari jumlah tersebut sebagian besarnya terancam punah, yang masih eksis sampai sekarang itu cuma Kerinci,” katanya menjelaskan.
Berdasarkan infromasi yang ia peroleh keberadaan bahasa daerah yang terancam punah itu telah terkontaminasi adanya arus moderenisasi sehingga sudah jarang lagi orang yang menggunakannya dalam percakapan. “Jumlah penuturnya tinggal sedikit saja, bahkan yang saya temui penutur generasi tuanya sudah berumur 60 tahun, sehingga 20 tahun ke depan akan hilang total,” katanya menjelaskan.
Selain itu perkawinan antar suku juga bisa menjadi salah satu faktor ancaman terhadap kepunahanan bahasa daerah itu. Selain itu kurangnya kesadaran orang tua yang tidak mengenalkan bahasa ibu-nya kepada anak-anaknya.
“Sehingga generasi muda tidak mengenal lagi bahasa daerah dari kedua orang tuanya. Seharusnya orang tua bisa mengenalkan bahasa daerah atau bahasa ibu serta bahasa Indonesia kepada anak-anaknya,” katanya.
Oleh sebab itu menurutnya, saat ini tindakan yang perlu dilakukan terhadap bahasa yang terancam punah itu diharapkan adanya kelestarian dengan terus mengenalkan bahasa daerah terhadap generasi muda di dalam dunia pendidikan.
“Dan untuk yang sudah punah itu diharapkan ada dokumentasi kosa kata tentang itu atau bahwasanya Jambi ini punya bahasa daerah yang beragam, karena yang namanya kepunahan itu tidak bisa dihindari,” katanya menambahkan. ant