Muarasabak, AP – Setidaknya ada 50 warga dan Santri Pondok Pesantren Wali Pettu, Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu diserang Diare. Parahnya lagi, sudah sebanyak 5 enam Balita sudah menjadi korban. Diduga, Diare timbul akibat makanan yang tidak higines dikomsumsi masyarakat.
Diare ini mulai timbul sejak 30 Juli hingga 1 Agustus kemarin. Selama itu, 50 warga telah terserang diare. Rinciannya, 33 orang Santri dan 17 orang warg dengan rincian 6 orang balita dan 11 orang Dewasa. Dari jumlah itu, hingga Selasa (01/08) kemarin, masih sekitar 10 orang yang harus diinfus.
Pengasuh Pondok Pesantren Wali Pettu, KH. As’ad Arsyad menyebutkan, memang yang pertama kali terserang diare ini adalah santri Pondok Pesantren Wali Pettu. Dengan rincian 23 orang Santri dan 10 orang santriwati.”yang memang awalnya itu yang kena santri kita, tapi tim medis kita dan dibantu tim medis Kabupaten dan Provinsi, santri yang terkena sudah berkurang,” ungkapnya.
As’ad menjelaskan, dugaan sementara penyebab timbulnya diare itu karena faktor makanan dan minuman yang tidak higinis. Makanan dan minuman olahan yang dikomsumsi santri dibuat menggunakan air hujan. Sementara air hujan itu diduga kuat mengandung kotoran burung wallet.
Dugaan itu muncul karena memang warga Sadu masih banyak mengkomsusmsi air tadah hujan. Sementara rentang terjadinya hujan di Kecamatan Sadu cukup lama. Hujan baru turun sekitar lima hari yang selalu setelah sebulan tidak hujan.
”Artinya saat hujan itu dan ditampung, kotoran wallet sudah cukup banyak yang menempel diseng rumah warga. Jadi pada saat hujan kontoran itu menyatu dengan air yang ditampung warga, dan itulah yang dibuat es oleh warga dan dikomsumsi,” jelasnya.
Saat ditanya apakah makanan dan minuman dibuat di Pondok? As’ad menyebutkan makanan yang dikomsumsi itu merupakan makanan yang dibeli dari luar pondok. Disamping itu katanya, pondok belum menyediakan makan dan minum untuk santri Air Hitam Laut. Sehingga, santri membawa makan dan minum dari rumahnya masing-masing.
”Kita memang belum bisa menjamin kehiginisan makanan yang dikomsumsi santri, apalagi ada beberapa warga yang berdagang didalam pondok,” jawabnya.
Tapi, untuk memastikan penyebab Diare ini dirinya meminta kepada Tim Medis melakukan uji laboratorum makanan yang ada saat ini. Tujuannya, agar antisisipasi kedepannya dapat dilakukan.”kita sudah minta agar dilakukan uji lab. Kita tunggu saja hasilnya,” tambahnya.
Kejadian ini juga dibenarkan oleh Camat Kecamatan Sadu, Helmi Agustinus. Dikatakan, kondisi warga yang terserang razia sudah mulai mebaik. Saat ini tinggal 10 orang warga yang masih diinfus karena kondisinya masih lemah. Sisanya, sudah beransur pulih.”saat ini tim medis dari Provinsi dan Kabupaten sudah berada dilokasi. Alhamdulillah keadaan warga sudah membaik,” ungkapnya.
Untuk penyebab sendiri katanya, belum dapat dipastikan. Tapi, kuat dugaan penyebab diare ini berasal dari air minum yang tidak higinis dikomsumsi warga. Disamping itu, musim pancaroba juga menjadi pemicu terjadinya diare.”kita terus pantau. Jangan sampai ini terus berkembang. Makanya kami juga selalu jalin komunikasi dengan tim medis. Jangan sampai ini menyebar ke Desa-desa lain yang ada di Kecamatan Sadu,” harapnya.
Sementara itu, Sekertaris Dinas Kesehatan Tanjabtim Hendry Yanto mengatakan, selain mengambil tindakan medis untuk warga yang sempat dirawat di Puskesmas Air Hitam Laut, pihaknya juga mengambil sample darah, urine dan makanan yang ada di Desa Air Hitam Laut. Tujuannya, untuk mengetahui penyebab terjadinya Diare tersebut.”pengambilan sample itu untuk memutus mata rantai penyebab diare itu. Tim kita kita sudah dilokasi,” tuturnya.
Dengan kejadian ini katanya, pihaknya menetapkan kejadian itu sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Sebab, hanya kurun waktu tiga hari sudah sebanyak 50 warga yang terkena diare.”ini KLB, tapi sudah dapat kita atasi. Tinggal lagi kita mencari penyebabnya terjadinya diare,” katanya.(fni)