Kualatungkal, AP – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) yang diketuai Hj. Cici Halimah Safrial, tengah menggagas batik motif khas Tanjabbar digunakan di sekolah-sekolah. Khususnya untuk seragam jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Hj. Cici Halimah mengatakan, dengan penggunaan batik lokal di sekolah, akan menjadi salah satu ikon ciri khas Kabupaten Tanjabbar. Selain itu, juga bisa mengangkat produksi lokal terus berjalan.
“Kedepan batik untuk pelajar tingkat SD dan SMP kita selaraskan dengan batik khas Tanjab Barat,” tegas Hj. Cici Halimah.
Hal ini dipertegas oleh Sekretaris Dekranasda yang juga Kepala Bagian (Kabag) Perekonimian Setkre Tariat Desa (Setda) Tanjabbar Ir. Selamat Aprijanto. Namun, untuk tahap awal akan dilakukan disosialisaikan terlebih dahulu. Bila sudah barulah akan diterapkan.
“Kita disuruh mencintai produk daerah sendiri. Maka dari itu, gagasan itu patut didukung semua pihak,” jelasnya.
Dan nantinya, untuk tingkat SMA karena kewenangannya sudah di Provinsi, pihaknya tetap akan melakukan sosialisasi. Untuk selanjutnya mereka akan berkoordinasi dengan Pihak Dinas Pendidikan Provinsi dan Dekranasda Provinsi dalam penerapannya.
“Secara bertahap tak menutup kemungkinan diterapkan kepada PNS di lingkungan Pemkab Tanjab Barat, perhotelan atau perusahaan untuk pakaian pada hari-hari tertentu,” tambahnya.
Karena itu menurut Selamet gagasan ketua Dekranasda Kabupaten itu akan menghidupkan industri kreatif batik di Tanjabbar, yang mampu membuka peluang usaha serta membuka lapangan pekerjaan.
Gayung bersambut dengan gagasan dari Dekranasda Tanjabbar tersebut, Ahmad Daun salah seorang pengrajin batik mengakui sangat mendukung penuh atas gagasan tersebut.
“Bila ada tujuan dari ketua Dekranasda ingin menggunakan batik khas Tanjab Barat sebagai seragam batik sekolah. Tentu kita akan mensuport penuh,” ungkap Ahmad Daun.
Bahkan diakuinya, sampai saat ini di Tanjabbar sendiri sudah memiliki motif batik khas sebanyak lebih kurang 40 jenis. Rata-rata motifnya mengambil tema dari alam seperti hasil laut dan hasil kebun. Hanya saja penggunaannya masih sangat terbatas.
Ahmad Daud sendiri menjadi perajin batik sejak tahun 2013 lalu. Dirinya memiliki batik buatannya dengan motif udang ketak, buah kelapa, ikan lepuh, dan kerang. Pewarnannya sendiri juga cukup beragam seperti warna dasar, merah, hitan, biru, hijau dan pink serta lainnya.
” Pengerajin Batik kita sebenarnya cukup banyak juga. Khusus Tungkal Ilir saja ada empat perajin batik. Baik itu batik lukis maupun batik cap,” sebutnya.
Sedangkan keinginan penggunaan batik untuk sekolah itu sendiri akan menjadi tantangan bagi perajin batik seperti dirinya. Bila penggunaan batik dilakukan serentak. Dan yang dipinta adalah batik tulis atau batik Cap. Dirinya khawatir harga yang pantas akan memberatkan siswa.
” Rencana penggunaan batik local sebagai seragam tentu akan kita pikirkan agar harganya sesuai dengan kemampuan wali murid. Perkiraan kita tidak mungkin menggunakan batik tulis atau batik cap. Akan memberatkan wali murid yang kurang mampu,” ungkap Ahmad Daun.
Maka dari itu, dirinya memikirkan bagaimana membuat batik printing. Sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar dan bisa digunakan serentak untuk siswa sekolah. her