Kualatungkal, AP – Desa Purwodadi akan memproduksi tiga sampai empat ribu ton kompos yang diperlukan PT. WKS. Dengan membuka usaha pupuk, Desa sudah membuka peluang lapangan pekerjaan bagi warganya.
Sama halnya dengan Desa Lubuk Sebontan, Desa Purwodadi pun memiliki Bumdes yang mulai berkembang. Bahkan mereka mengaku sudah memperoleh keuntungan dari usaha yang dikelola.
Berawal dari tahun 2016 dengan penyertaan modal sebesar Rp 40 juta. Bumdes yang dinamakan Mandisi Sejahtera mulai merintis usaha bagi desa. Yakni, pengolahan pasar malam dan penjualan pupuk bukan kompos.
Jayus, Kades Purwodadi menuturkan bila usaha pasar malam yang dikelola desa sampai saat ini masih terus berjalan. Bahkan, boleh dibilang semakin maju dan berkembang. Sebab, mereka setiap minggu bisa menghasilkan Rp 2,5 juta perbulan.
“Bumdes yang kita kelola awalnya tahun 2016 hanya mengelola pasar malam. Dimana kita menyewakan lapak yang jumlanya 100 unit. Retribusi yang bisa kita tarik perminggu Rp. 1.2 juta,”ungkap Jayus, Sabtu (21/10).
pasar malam yang dimaksud yakni pasar tradisional yang beroperasi hingga malam hari. Dimana, pasar ini mulai digelar pukul 14.00 hingga pukul 22.00 setiap Sabtu. Petugas hanya menarik retribusi perlapak sebesar Rp 5 ribu.
Bukan hanya pasar malam, Bumdes desa Purwodadi juga membuka usaha jual beli pupuk bukan kompos atau pupuk subsidi. Pelanggannya adalah petani sawit yang ada di desa mereka.
Usaha itu pun diakui Jayus masih tetap berjalan. Lalu pada tahun 2017 ini mereka mengembang usaha dengan membuat pupuk kompos. Dimana pupuk ini nantinya akan dijual kepada pihak PT WKS. Bahkan pihak Bumdes dan PT WKS telah menandatangani MoU.
Pihak perusahaan siap mengambil sebanyak 3000-4000 ton produksi pupuk kompos mereka.
“Kami baru MoU dengan PT WKS. Jumlah yang siap ditampung perusahaan sebanyak3000-4000 ton,”ungkap jayus.
Saat ini pihak Bumdes baru memproduksi sebanyak 300 ton yang siap didistribusikan. Untuk bisa memenuhi kebutuhan perusahaan tersebut, mereka membutuhkan beberapa alat pencacah. Sehingga mereka bisa meningkatkan produksi yang dibutuhkan.
Jayus pun mengatakan bahwa bahan baku pupuk kompos yang ingin mereka produksi tersedia di desa mereka sendiri. Dimana, Desa Purwodadi terkenal dengan peternakan sapi dan kebun sawitnya. Kontoran sapi dan pelepah sawit atau janjang sawit itulah yang menjadi bahan dasar kompos mereka.
“Untuk membeli alat pencacah kami taksir hargnya Rp 90 juta. Bila alat itu ada, kami mampu memenuhi kebutuhan pihak perusahaan,”terang jayus.
Selain di jual kepada PT WKS, mereka tetap mengutamakan kebutuhan petani. Dimana harga kepada petani mereka sendiri Rp 2 ribu perkarung. Dan berdasarkan pengakuan petani, mereka lebih senang menggunakan pupuk kompos dibandingkan pupuk kimia. Karena hal itu diakui menyuburkan tanah.
“Selain kita akan mencari alat. Kami saat ini sudah punya 20 pekerja dan akan menambah 20 orang tenaga kerja lagi,” kata Jayus.
Dia menambahkan bahwa pihaknya saat ini tengah mengajukan permintaan kepada PT LPPPI untuk mendapatkan bantuan alat pencacah. Dan secara lisan hal itu sudah ada sinyal positif, jarena pihak perusahaan sudah meninjau dua kali ke desa Purwodadi.(mg)