Dorong Kabupaten-Kota Bentuk Dewan Pengupahan
Jambi, AP – Ratusan buruh menggelar aksi di kantor Gubernur Jambi. Awalnya, para buruh ini menggelar aksi di Kantor Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jambi, belum puas aksi dilanjutkan ke kantor gubernur dan gedung DPRD Provinsi Jambi.
Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian. Dalam aksinya, ratusan masa yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesi (KBSI) Provinsi Jambi itu menyampaikan beberapa poin tuntutan, diantaranya meminta pemerintah Provinsi Jambi untuk memfasilitasi dan segera berlakukan upah minum sektor.
Menurut Hendra Ambarita (40), Koordinator lapangan (Korlap) aksi demo tersebut, serikat buruh melakukan aksi ini untuk menuntut pihak Disnaker Provinsi Jambi memfasilitasi dan segera dibentuk dewan pengupahan di seluruh wilayah Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi.
Kemudian memberlakukan upah minimum sektor, dengan melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan peraturan menteri ketenagakerjaan Nomor 1 tahun 2017, tentang struktur skala upah dan hentikan buruh kontrak (outsoursing dan union busting).
Sementara itu Gubernur Jambi H. Zumi Zola Zulkifli melalui Pejabat sementara Sekda Provinsi Jambi, Erwan Malik mengatakan pihaknya sangat setuju dan mengapresiasi bahwa semua perusahaan harus berlakukan upah minimum sektoral bagi serikat buruh.
“Kita ketahui pada saat ini hanya ada dua Kabupaten yang melakukan upah minimum sektoral yaitu Kota Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, untuk Kabupaten/Kota yang lainnya belum melaksanakannya dan akan kami tindaklanjuti,” kata Erwan Malik.
Faktor dari penyebab tidak diberlakukannya upah minimum sektoral pada beberapa kabupaten dan kota di Jambi lainnya karena dari para pekerja itu sendiri, perusahaan dan perguruan tinggi tidak ada di wilayah tersebut.
“Dewan Pengupahan telah terbentuk di Kota Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, sisanya belum terbentuk karena unsur pekerja, Apindo, dan perguruan tinggi, unsurnya belum terpenuhi. Oleh sebab itu, saya atas nama gubernur, kami sangat mendukung aksi Bapak-bapak. Fungsi pemerintah memfasilitasi, bagi kabupaten/kota yang belum memiliki dewan pengupahan akan kami ingatkan lagi, akan kita surati,” ujar Erwan Malik.
Eerwan Malik menambahkan, bagi perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan UMP, akan diberikan teguran, sesuai dengan aturan yang berlaku. “Saya sangat setuju sekali, apabila perusahaan melanggar, sekali-sekali kita berikan shock therapy,” ungkap Erwan Malik.
“Mari kita jaga ketertiban bersama, mari kita jaga bersama-sama agar investasi di Jambi ini bisa berjalan dan hak Bapak-bapak tidak dirugikan oleh perusahaan. Pak Gubernur juga akan menyurati kabupaten/kota untuk segera membentuk Dewan Pengupahan. Mereka ini masyarakat kita, wajib kita back up,” kata Erwan Malik.
Erwan Malik mengatakan, jika ada perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan UMP, maka akan diberikan teguran sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. “Kita akan tegur, kita akan tegas, kita akan tegakkan aturan, baik berupa teguran administrasi, 1, 2, 3, bahkan bila perlu sampai cabut izin. Kita mendorong agar pemberi kerja ini mematuhi aturan Undang-Undang,” tegas Erwan Malik.
Ketika ditanya wartawan penyebab adanya perusahaan yang tidak memenuhi UMP, Erwan Malik mengatakan bisa jadi penyebabnya karena kondisi keuangan perusahaan. “Mungkin masalah keuangan perusahaan. Kita tahu bahwa baru-baru ini banyak perusahaan yang kondisi ekonominya agak kurang menguntungkan. Saya yakin dan percaya, pengusaha-pengusaha ini kalau dia untung (keuangannya memadai) akan memenuhi upah minimum, karena tenaga kerja ini aset perusahaan, tanpa tenaga kerja, perusahaan juga tidak akan untung. Bagi perusahaan-perusahaan yang belum memenuhi, ini yang perlu kita panggil untuk menanyakan apa penyebabnya. Perlu komunikasi yang lancar antara pemberi kerja dengan penerima kerja,” jelas Erwan Malik.
“Pada initinya, kita pemerintah, ingin perusahaan hidup, tenaga kerjapun bisa hidup yang layak,” pungkas Erwan Malik.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi, M.Fauzi menambahkan bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi akan segera memanggil asosiasi pengusaha dan serikat pekerja di Provinsi Jambi untuk membahas upah minimum tenaga kerja. “Kita berbicara kedepan, kita harus komit terhadap atturan yang ada, seperti yang dikatakan Pak Sekda tadi, untuk Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota ada kendala, tidak semua kabupaten bisa memenuhi unsur-unsur itu, dan untuk skala pengupahan di perusahaan, mulai wajib dilakukan sejak diundangkan tahun 2015, sekarang sudah dua tahun, tahun ini sudah wajib dilaksanakan, jatuh tempo di bulan Oktober, memang momen ini sangat tepat untuk kita mulai,” terang M.Fauzi.
“Pak Gebernur sesuai dengan kewenangannya mendorong pemerintah kabupaten/kota, sifatnya di sini, pemerintah menjadi fasilitator terhadap pelaksanaan Undang-Undang, jadi Pemerintah Provinsi Jambi mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota agar segera , akan kita buat lagi surat kepada Pemerintah Kabupaten/Kota agar segera melakukan pembentukan Dewan Pengupahan di tingkat kabupaten/kota,” ujar M.Fauzi.
“Seminggu ini kami akan memanggil seluruh Asosiasi Tenaga Kerja dan Serikat Pekerja untuk duduk bersama, karena semua ini tidak terlepas dari kesepakatan mereka, kalau sadah ada kesepakatan nanti, Pak Gubernur tinggal menetapkan, jadi tidak bisa pak Gubernur top down langsung menetapkan, harus ada kesepakatan dari kedua belah pihak,” tutur M.Fauzi.
Aksi demo tersebut dikawal oleh ratusan anggota Kepolisian dan Satpol PP Provinsi Jambi yang berjalan kondusif dan perwakilan aspirasinya diterima untuk dipelajari oleh pemerintah provinsi agar bisa dilaksanakan.
Selain kelompok Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) juga hadir dalam aksi tersebut para serikat buruh dari Kabupaten Muaro Jambi, Bungo, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Kota Jambi, serta pengurus tingkat Provinsi Jambi. (tim)