Jambi, AP – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi, Bayu Martanto mengatakan deflasi Provinsi Jambi pada Februari 2018 yang tercacat sebesar 0,17 persen disebabkan terjadinya penurunan harga komoditas makanan.
“Perkembangan deflasi Provinsi Jambi disumbang oleh Kota Jambi yang tercatat mengalami deflasi 0,83 persen (bulan ke bulan/mtm) dan Kabupaten Bungo 0,13 persen (mtm) atau secara tahunan tercatat mengalami inflasi sebesar 3,55 persen ( tahun ke tahun/yoy),” katanya, Jumat (11/03).
Dijelaskannya, deflasi Kota Jambi pada Februari 2018 utamanya disebabkan oleh penurunan harga komoditas makanan yaitu daging ayam ras, cabai merah, bayam, kangkung, ikan nila, daun singkong, udang basah, tomat sayur, ketimun dan telur ayam ras.
“Di samping itu juga dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara pada kelompok administered price,” kata Bayu.
Sejalan dengan kondisi di Kota Jambi, deflasi Kabupaten Bungo kata Bayu juga didorong terutama oleh penurunan harga komoditas “volatile food” dan “administered price”.
Komoditas volatile food yang menjadi penyumbang utama deflasi pada Februari 2018 di Bungo adalah daging ayam ras, cabai merah, gula pasir, ikan gabus, cakalang, minyak goreng, cabai rawit dan ikan teri.
Sedangkan komoditas administered price yang mengakibatkan terjadinya deflasi pada Februari 2018 adalah bahan bakar rumah tangga dan angkutan udara.
Sementara inflasi Provinsi Jambi pada Maret 2018 berdasarkan perkembangan harga terkini serta proyeksi kebijakan penetapan harga oleh pemerintah maupun pelaku usaha, diperkirakan utamanya akan didorong oleh kelompok administered price seiring kenaikan harga komoditas migas dan batubara di pasar internasional, serta komoditas rokok menyusul penyesuaian tarif cukai rokok yang meningkat 10,04 persen yang dimulai Januari 2018 lalu.
Selain itu, menguatnya daya beli masyarakat yang berimbas dari kenaikan harga komoditas dunia dan penyesuaian upah minimum tahun 2018, kata Bayu juga diperkirakan akan mendorong inflasi inti (core inflation).
“Namun musim panen yang berlangsung pada bulan ini akan menahan laju inflasi volatile food,” katanya.
Ke depan, lanjutnya, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari prakiraan antara lain adalah curah hujan tinggi yang berpotensi menyebabkan gagal panen dan menghambat proses distribusi ke wilayah Jambi.
Kemudian lonjakan harga bahan bakar yang dapat mendorong kenaikan tarif angkutan dan komoditas lainnya, serta perubahan skema subsidi LPG 3 kilogram yang akan mendorong kenaikan permintaan bahan bakar rumah tangga.
Dalam mencermati tantangan dan potensi risiko inflasi tahun 2018, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jambi, kata Bayu telah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam pengendalian inflasi yang mencakup aspek penguatan kelembagaan, peningkatan produksi, efisiensi tata niaga, stabilitasi harga dan penyediaan sarana/prasarana penunjang. ant