Jambi, AP – Pemerintah Provinsi Jambi akan memangkas rantai pasok beberapa komoditas yang menyebabkan inflasi di daerah itu hingga mencapai 4,23 persen (yoy) pada Juni 2018 atau lebih tinggi dari nasional.
“Pemprov Jambi terus berupaya menekan inflasi, salah satunya dengan memangkas rantai pasok beberapa komoditas seperti komoditas volatile food serta menciptakan insentif untuk mengurangi barrier to entry pada beberapa pasar komoditas,” kata Pelaksana Tugas Gubernur Jambi, Fachrori Umar, Kamis (26/07).
Usai menghadiri rapat koordinasi nasional pengendalian inflasi 2018 di Jakarta yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Fachrori mengatakan dalam menekan inflasi pihaknya juga akan melakukan penguatan konektivitas, seperti melakukan peningkatan kualitas jalan mantap dan meningkatkan kapasitas pelabuhan guna mendukung perdagangan antar daerah.
Selain itu katanya juga akan dilakukan pemantauan secara berkala maupun review terhadap harga yang ditetapkan pemerintah, hal itu untuk mengidentifikasi pengunaan tarif di luar batas yang telah ditetapkan.
“Kami juga akan memperkuat koordinasi dengan Pertamina untuk menjamin ketersediaan bahan bakar minyak baik bersubsidi maupun non subsidi,” katanya.
Menurutnya dalam menekan angka inflasi, sangat dibutuhkan kerja sama dan sinergi yang baik mulai dari pemerintah provinsi hingga aparat pemerintahan desa karena semua tingkatan memiliki peranannya masing masing.
Dijelaskannya, dalam 10 tahun terakhir inflasi Provinsi Jambi cenderung searah dengan inflasi nasional yang terus bergerak turun.
Namun pada 2018 inflasi Provinsi Jambi cenderung meningkat mencapai angka 4,23 persen (yoy) pada Juni 2018 bahkan lebih tinggi dari inflasi nasional yang berada pada angka 3,12 persen (yoy).
Penyebab utama tingginya inflasi Jambi kata Fachrori adalah kenaikan pada volatile food, administered price dan komoditas inti.
“Karena itu dalam upaya menekan angka inflasi ini diperlukan penguatan konektivitas baik darat maupun perairan guna mendukung perdagangan antar daerah,” katanya menambahkan.
Sebelumnya Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi, Bayu Martanto mengatakan Provinsi Jambi tercatat mengalami inflasi 1,30 persen (mtm) atau secara tahunan 4,23 persen (yoy) pada Juni 2018.
Angka inflasi itu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,59 persen (mtm) atau 3,12 persen (yoy).
Bayu mengatakan inflasi Provinsi Jambi disumbangkan oleh Kota Jambi yang tercatat mengalami inflasi 1,41 persen (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 4,43 persen (yoy). Dan Kabupaten Bungo dengan inflasi sebesar 0,31 persen (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi 2,39 persen (yoy).
Secara komoditas, angkutan udara kata Bayu memberikan kontribusi signifikan terhadap realisasi inflasi Jambi pada Juni yaitu 0,4 persen. Kemudian komoditas lain yang memberikan kontribusi inflasi terbesar di Provinsi Jambi yaitu angkutan antar kota 0,18 persen, cabai merah 0,17 persen, udang basah 0,10 persen dan ikan gabus 0,06 persen.
Sejalan dengan Kota Jambi, inflasi Kabupaten Bungo utamanya juga didorong oleh komoditas administered price dan volatile food.
Kelompok administered price yang menjadi penyumbang utama inflasi diantaranya adalah tarif kendaraan travel, angkutan antar kot, dan angkutan udara.
Selain itu inflasi Kabupaten Bungo terutama didorong oleh kenaikan harga daging ayam ras, telur ayam ras, jeruk, cabe rawit, jengkol, dan bayam pada komoditas volatile food. ant