Kerinci, AP – Kedua belah pihak antara desa Seleman dan Pendung Talang Genting (Pentagen) kecamatan Danau Kerinci, sudah berdamai, namun sejumlah warga masih takut pulang kerumah.
Disamping itu, Kapolres Kerinci, juga telah menjamin keamanan warga untuk kembali kerumah dan beraktifitas, namun hingga kemarin sore, masih banyak warga Pentagen yang masih mengungsi di Mesjid setempat.
Hal ini diungkapkan Rinaldi, salah seorang tokoh masyatakat setempat, saat dikonfirmasi, kemarin. Menurut dia, puluhan warga yang masih ngungsi di Mesjid ini, mayoritas anak-anak dan ibu-ibu.
“Mereka masih trauma, sehingga takut untuk pulang kerumah,” sebut Rinaldi.
Selain itu, katanya, ada informasi yang diterima warga, kalau warga seleman belum bisa menerima perdamaian tersebut, karena salah seorang yang diduga pelaku, masih belum ditangkap. “mungkin warga masih was-was, karena ada isu masih ada pelaku yang belum ditangkap,” ungkap dia.
Tidak jauh berbeda, Abdul Basit, salah satu korban yang rumahnya terbakar, juga mengakui masih adanya warga yang mengungsi di Mesjid. “Anak-anak masih trauma. Mereka juga terlihat kehilangan nafsu makan,” ujar Abdul Basit.
Basit menuturkan, biasanya anak-anak makan siang pukul 13.00 WIB, namun saat ini, molor sampai pukul 15.00 WIB. Demikian juga, makan malam, biasanya setelah pengajian dan Salat Isya, sekarang berubah ke jam 22.00 WIB.
Disamping itu, warga yang rumahnya dibakar, kondisi mereka sangat membutuhkan perhatian, mereka tidak punya lagi sandang dan pangan untuk kesehariannya. “contohnya saya, hanya pakaian di badan saja yang tersisa,” beber dia, dengan nada sedih.
Sementara itu, tokoh pemuda Pentagen lainnya Khilal Hamdan berharap kepada yayasan maupun organisasi yang bergerak dibidang menyembuhan trauma anak-anak pasca penyerangan yang dilakukan warga Seleman untuk bisa membantu anak-anak Pentagen.
“Mohon bantuan, sekarang anak-anak berkumpul di masjid dalam keadaan trauma yang mendalam,” harapnya.
Khilal juga mengatakan jika pemberitaan di media yang umumnya menyatakan bentrok Pentagen-Seleman tidaklah benar. “Demi Allah ini bukan bentrok, kalau bentrok ada perlawanan. Tapi ini penyerangan, kami warga Pentagen menghindar karena banyaknya massa dari Seleman masuk ke Pentagen,” sebutnya.
Pria yang beristrikan warga Desa Seleman ini berharap, kedua desa bisa secepatnya perdamaian dan beraktivitas sebagaimana biasanya. “Seleman dan Pentagen seperti satu desa, setiap musibah di Seleman warga Pentagen selalu ikut membantu. Semoga dua desa ini bisa berdamai dan ini kejadian yang pertama dan terakhir,” harapannya. (hen)