Jakarta, AP – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis bahwa pertumbuhan industri manufaktur nasional akan meningkat pada triwulan III atau semester II tahun 2018.
“Kami meyakini bahwa di semester berikutnya nanti ada kenaikan karena industri-industri yang terkait dengan sektor pertambangan, kinerjanya akan membaik disertai dengan kenaikan harga komoditasnya,” kata Airlangga melalui keterangannya di Jakarta, Selasa, (07/08).
Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri agar perusahaan-perusahaan bisa lebih agresif dan ekspansif sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Apalagi, lanjutnya, pemerintah tengah fokus menerapkan revolusi industri generasi keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Revolusi industri saat ini sangat dipengaruhi adanya perkembangan teknologi sehingga akan mendorong inovasi,” jelasnya.
Berdasarkan laporan UNIDO, Indonesia menempati peringkat ke-4 dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Indonesia mampu menyumbangkan hingga mencapai 22 persen setelah Korea Selatan (29 persen), Tiongkok (27 persen), dan Jerman (23 persen).
Bahkan, Indonesia adalah bangsa terbesar di ASEAN yang saat ini telah masuk dalam “1 trillion dollars club economy yang juga bisa membuat kita maju lebih cepat adalah bonus demografi sampai tahun 2030,” imbuhnya.
Airlangga meyakini, dengan keunggulan tersebut dan menerapkan industri 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030.
“Ini yang menjadi inspirasi kita dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. Jadi, kami terus pacu agar pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2 persen daripada ekonomi,” paparnya. Ant.