Jakarta, AP – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Polisi Hamli mengatakan pencegahan terorisme di daerah perbatasan memerlukan pendekatan khusus.
Sebagai daerah perlintasan orang dan barang lintas negara, daerah perbatasan merupakan kawasan yang paling ideal digunakan pelaku terorisme keluar masuk suatu negara secara ilegal, kata Hamli dikutip dari siaran pers di Jakarta, Selasa.
“Di sini harus ada pendekatan khusus, salah satunya adalah harus diperkuat pengamananya, baik itu oleh TNI maupun Polri. Apalagi, rata-rata di kawasan perbatasan petugas keamanannya minim,” katanya.
Berbicara pada Dialog Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme di Daerah Perbatasan di Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Selasa, Hamil mengatakan bahwa di daerah perbatasan, seperti Morotai, kelompok pelaku terorisme bisa melintas kapan saja untuk menyeberang ke negara tetangga.
“Barang-barang yang berkaitan dengan terorisme juga bisa dengan mudah diseberangkan,” kata Hamli.
Pendekatan khusus lainnya adalah peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di perbatasan.
“BNPT akan berkoordinasi dengan lintas kementerian dan lembaga. Kami akan sampaikan bahwa perekonomian dan kesejahteraan masyarakat harus diperhatikan,” kata Hamli.
Terkait dengan program yang sudah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai, yaitu memberikan honor kepada imam dan pendeta di 187 rumah ibadah, Hamli menyebutnya sebagai sebuah terobosan positif.
Imam dan pendeta di Morotai setiap bulan diberikan honor sebesar Rp1,2 juta.
“Itu bentuk pendekatan khusus yang positif. Dengan memberikan honor, Pemerintah bisa mengontrol agar rumah ibadah tidak dijadikan lokasi penyebarluasan paham radikal terorisme,” tukas Hamli.
Dialog yang juga menghadirkan mantan kombatan Ali Fauzi Manzi, adik bomber Bom Bali Amrozi, sebagai narasumber itu diikuti 150 peserta serta dihadiri Bupati Pulau Morotai Benny Laos dan Ketua FKPT Maluku Utara Syamsudin A. Kadir. ant