Jambi, AP – Sepertinya anggin segar belum berhembus kepada para petani sawit, pasalnya pada minggu ketiga dibulan September 2018 harga sawit masih belum stabil.
Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan menetapkan harga CPO sebesar Rp 6.510, 86 sedangkan harga rata-rata inti sawit sebesar Rp 5.086, 71.
Kepala Bidang Perkebunan Provinsi Jambi, Ir Putri Rainun mengatakan anjloknya harga sawit sejak setahun terakhir diakibatkan sepinya permintaan pasar dunia.
“Permintaan pasar dunia terhadap CPO menurun, mangka harga TBS tidak mengalami peningkatan,” ujarnya, Kamis (20/9).
Namun dia menilai, meski harga sawit sampai dititik terendah saat ini, produksi buah tetap setabil ditingkat petani.
Sementara itu, Andri wijaya, Petani sawit di Muarojambi, Jambi menyebut hingga saat ini harga sawit ditingkat petani tidak lebih dari Rp 500 perkilo.
Dengan kondisi harga tersebut diakuinya tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan, seperti biaya upah panen, biaya perawatan dan biaya transpor lainnya.
“Hingga saat ini harganya tidak menjanjikan lagi, untuk upah panen saja dan biaya transpornya saja tidak mencukupi, apalagi untuk beli pupuk,” paparnya.
Dia berharap ditengah kondisi saat ini seharusnya pemerintah harus hadir untuk memberi solusi.
“rakyat saat ini menjerit, harga sawit jauh dari harapan, bagaimana untuk memenuhi kehidupan, biaya panen saja sudah tidak cukup,” keluhnya.
Selain itu dikatakannya, dengan kondisi harga yang tidak seimbang dengan biaya panen banyak para petani tidak memanen buah sawitnya.
“Kita petani sawit ini seperti simalakama, tidak dipanen sawit kita rusak, jika dipanen biaya upahnya saja tidak cukup,” keluhnya lagi. (Bdh)