Muarasabak, AP – Untuk mengentaskan salah satu persoalan yang sering timbul terhadap pembangunan perkebunan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) yang selama ini mengganggu Kelapa dan Kelapa Sawit, maka Dinas Perkebunan dan Perternakan (Bunnak) Tanjabtim mengadakan Sosialisasi pengendalian Organisasi Penggangu Tanaman (OPT).
Dengan adanya kegiatan Sosialisasi pengendalian OPT ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku petani atau kelompok tani agar mau dan mampu secara mandiri menerapkan pencegahan dan pengendalian dini terhadap OPT. Sehingga kerugian yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
Rajito, selaku Kepala dinas Perkebunan dan Perternakan (Bunnak) Tanjabtim memaparkan, kalau sektor perkebunan memiliki peran penting dalam perekonomian baik Nasional maupun Regional melalui kontribusi dalam pendapatan Nasional, pendapatan Regional dan penyediaan lapangan pekerjaan.
“Karena perkebunan merupakan salah satu Sub sektor dari kegiatan pertanian yang mempunyai peran strategis untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat. Apalagi hasil perkebunan Kelapa dan Kelapa sawit saat ini mendominasi produk perkebunan yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” paparnya.
Rajito menjelaskan, kalau data dari BPS menunjukkan bahwa tahun 2017 sebanyak 22.783 KK petani Kabupaten Tanjabtim mengusahakan komoditi kelapa sebagai mata pencaharian utama dengan total luas kurang lebih 58.589 Ha. Sedangkan Kelapa sawit diusahakan oleh 11.399 petani dengan total luasan 33.613 Ha.
“Selain itu, serangan OPT juga dapat menyebabkan rendahnya produktivitas dan menurunnya kualitas hasil tanaman perkebunan, selain itu, serangan OPT juga dapat menyebabkan kehilangan hasil bahkan sampai kepada taraf kegagalan panen yang tentu berdampak pada kerugian bagi petani,” jelasnya.
Kemudian ia memprediksikan, sekitar 30 sampai 40 persen terjadi kehilangan produksi tanaman perkebunan yang diakibatkan oleh serangan OPT ini. Karena serangan OPT pada tanaman dapat datang secara mendadak dan dapat bersifat eksplosif (meluas).
“Beberapa jenis diantaranya dapat merugi, sehingga dalam waktu yang relatif singkat dapat mematikan seluruh tanaman dan dapat menimbulkan gagal panen. Selain itu, bagian tanaman yang terkena serangan hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali sehingga proses metabolisme (fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut menurun, dan dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal bahkan berakhir dengan kematian,” urainya.
Ia menegaskan, karena banyaknya dan kerugian yang ditimbulkan akibat serangan OPT perlu mendapatkan perhatian serius baik oleh pemerintah maupun oleh petani itu sendiri melalui upaya pencegahan dan pengendalian serangan OPT. “Yaitu melalui kegiatan sosialisasi pengendalian Organisasi Pengganggu Tanaman,” tegasnya.
“Dengan pelaksanaan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku petani atau kelompok tani agar mau dan mampu secara mandiri menerapkan pencegahan dan pengendalian dini terhadap OPT,” pungkasnya.(fni)