Jakarta, AP – BUMN Indra Karya yang bergerak di bidang konsultan “engineering” atau keinsinyuran, telah melakukan ekspansi di aspek industri hilir seperti dengan rencana membangun jaringan air bersih untuk kawasan industri dan memasuki bisnis air minum mineral.
“Ini agar bagaimana Indra Karya menerima penerimaan ‘recurring’ (berulang), dengan tidak hanya sebagai konsultan, tetapi juga bermain di tengah dan di hilir,” kata Dirut Indra Karya, Milfan Rantawi, dalam diskusi di Jakarta, Kamis, (22/11).
Milfan memaparkan, Indra Karya selama ini dikenal sebagai BUMN konsultan yang melakukan studi potensi dan studi kelayakan, seperti dalam pembangunan bendungan maka konsultan akan mengkaji antara lain dari sisi topologi, geografi, dan hidrologi, hingga bagaimana manfaatnya untuk pemerintah dan rakyat serta juga dari dampak lingkungannya.
Mulai dari bisnis inti konsultan yang diperluas, lanjutnya, maka BUMN tersebut juga mulai masuk ke dalam industri hilir, seperti mulai menandatangani penandatanganan MoU untuk pembangunan jaringan air bersih di sejumlah kawasan industri di beberapa daerah seperti di kawasan industri Medan dan Makassar.
Selain itu, ujar dia, pihaknya sejak tahun ini mulai masuk ke dalam industri air minum mineral dengan merek “Infresh”, dan sedang mempersiapkan pabrik produksi terkait hal itu di Surabaya, dengan berkolaborasi bersama anak usaha Pelindo III.
“Bulan Juli lalu telah di-‘launching’ (diluncurkan) produknya,” katanya dan menambahkan, untuk pabrik di Surabaya tersebut memiliki investasi sekitar Rp70 miliar.
Mengenai kinerja perusahaan, ia mengungkapkan bahwa pada semester I sudah memiliki laba sekitar 6,5 miliar, dan diperkirakan sepanjang tahun 2018 ini jumlah labanya diperkirakan bakal mencapai Rp11,2 miliar. Sedangkan pada tahun 2017 lalu jumlah laba yang diperoleh adalah sekitar Rp4,3 miliar.
Sebagaimana diwartakan, BUMN diharapkan dapat meningkatkan kinerja terutama menghadapi era Industri 4.0 yang diwarnai dengan melesatnya kemajuan digitalisasi di berbagai aspek kehidupan.
“BUMN dan anak usahanya harus semakin baik berkinerja sehingga berlomba-lomba untuk menjadi lebih baik, apalagi sekarang sudah menghadapi era industrialisasi,” kata Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Farida Dwi Cahyarini dalam acara BUMN Branding and Marketing Award 2018 di Jakarta, Rabu (21/11).
Menurut dia, bila dibandingkan negara tetangga, Indonesia agak tertinggal, seperti Thailand yang dinilai sudah memulai industri 4.0 sejak 2014, sedangkan pemerintah RI baru mulai membuat dan meluncurkan konsep kerangkanya pada 2018 ini. ant
Sekjen Kemenkominfo menuturkan, era industri 4.0 ditandai dengan perubahan terutama pada sisi teknologi digitalisasi sehingga hal yang perlu diubah adalah pola sisi kepemimpinannya.
“Bagaimana seorang pemimpin sekarang juga ikut dalam era industrialisasi, jangan sampai teknologinya maju tetapi kepemimpinannya dalam memimpin bukan seperti pemimpin zaman now,” paparnya.
Untuk itu, ujar dia, BUMN dan berbagai anak usahanya juga diharapkan dapat menyesuaikan dengan berbagai kemajuan teknologi yang terjadi, seperti pada saat ini digitalisasi sudah mengambil alih di banyak sektor.
Ia mengingatkan bahwa kalau pemimpin BUMN tidak mengubah “mindset” ke arah Industri 4.0, maka tentu ke depannya juga akan ketinggalan, serta peta jalan untuk ke arah industri 4.0 juga perlu rutin dicek ulang.