Kualatungkal, AP – Turnamen sepak bola liga Veteran yang mempertemukan antar pemain legendaris asal Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan wilayah lainya menuai kritikan. Pasalnya pemenang liga Veteran tak mendapat uang pembinaan atau bonus berupa uang tunai.
Diketahui (Liga Veteran) yang diikuti oleh 9 klub telah usai digelar pada Minggu (31/03). Bramitam FC keluar sebagai Juara, diikuti Demokrasi FC di urutan kedua, AON FC menempati peringkat tiga, dan Gapensi FC juara harapan.
Meski demikian, pemain dan klub diurutan teratas tersebut mengeluhkan tidak adanya uang pembinaan sebagai hadiah pelepas lelah untuk para juara. Sementara uang pendaftaran yang tergolong besar mencapai Rp 1.500.000.
Pelatih Demokrasi FC, M Dedi Irawan mengaku kecewa dengan sikap panitia pelakasana yang tidak memperhatikan prestasi para pemain yang rata-rata sudah berumur 37 tahun keatas, sehingga piala yang mereka dapat dikembalikan lagi ke panitia.
“Kami sangat kecewa karena turnamen sekelas PSSI tidak ada uang pembinaan. Sedang kan turnamen tingkat Desa saja dengan uang pendaftaran yang hanya Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu masih dapat uang pembinaan hingga jutaan rupiah,” keluh Dedek sapaan akrabnya sembari memperlihatkan bukti pendaftaran awal yang senilai Rp 1.5 juta.
Dedek menyebutkan, pihaknya sangat menyesal ikutserta meramaikan turnamen Liga Veteran Tanjab Barat tersebut, menurutnya jika dari awal pendaftaran panitia menyampaikan tidak ada hadiah maka timnya otomatis tidak ikut mendaftar.
“Ya, yang main ini orang tua bukan anak-anak, untuk apa capek-capek lari dilapangan kalau tidak ada yang dikejar. Karena selain hiburan kita juga ingin mendapatkan juara dan memperebutkan hadiah karena uang pendaftarannya besar tentu hadiahnya juga besar. Ternyata hanya piala, piagampun tidak ada,” ungkapnya.
Sementara itu Ketua KONI Tanjabbar, H Syafril Simamora dikonfirmasi mengaku tidak dilibatkan pada turnamen tersebut. Karena dirinya menganggap turnamen tersebut diluar program atau tidak resmi.
“Kita pengurus KONI Tanjabbar tidak diberitahukan sebelumnya atau tidak dilibatkan pada turnamen tersebut. Setau saya liga veteran ini tidak resmi dan baru pertama kali di adakan di Kabupaten Tanjab Barat,” ungkap Ucok Mora, sapaan akrabnya.
Dia menjelaskan, tidak ada anggaran khusus dari KONI untuk pembinaan di liga Veteran. Tapi dikatakannya, kalau anggaran pembinaan untuk PSSI ada sekitar Rp 70 juta tapi itu untuk turnamen resmi yang diadakan PSSI Tanjabbar.
“Anggaran pembinaan ini kan untuk prestasi pemain di turnamen resmi, seperti Liga Suratin, Liga Remaja, dan Divisi tiga. Jadi tidak ada untu liga veteran, dan sekarang dana tersebut juga belum turun,” jelasnya.
Terpisah, Ketua Askab PSSI Tanjab Barat, Husaini membenarkan jika turnamen liga veteran tidak ada uang pembinaan karena digelar hanya sebagai hiburan atau silaturahmi antar pemain lengendaris.
“Turnamen ini diluar PSSI, dari awal memang tidak ada kita bunyikan hadiahnya karena hanya sebagai ajang silaturahmi dan biaya gaji wasit, kebersihan, lapangan dan logistic lainnya dibebankan kepada klub yang ikutserta sebesar Rp 1.5 juta perklub sebagai uang pendaftaran,” akuinya.
Menurutnya, kekecewaan salah satu klub tersebut karena miskomunikasi. Untuk panitia juga bukan dari PSSI melainkan bersama melibatkan semua manejer klub yang ikut serta dan sudah dirapatkan sejak awal sebelum turnamen dimulai.
“Waktu rapat semua manejer klub kita undang sebagai panitia pelaksana. Hanya saja saat itu manejer klub Demokrasi FC, Dedek tidak hadir yang diwakili oleh salah satu pemainnya, Hendra. Mungkin pemainnya itu tidak menyampaikan kepada manejernya,” ujar Husaini didampingi pangurus KONI, Syarifuddin dan Anand Viqriza.
Disinggung apakah untuk uang pembinaan liga veteran bisa digunakan melalui dana Pembinaan dari KONI, ditegaskan Husaini jika anggaran pembinaan di PSSI hanya digunakan untuk turnamen resmi seperti liga divisi 1, liga remaja, liga suratin dan turnamen PSSI.
“Liga Veteran ini diluar PSSI, tidak boleh diambil dari dana pembinaan. Dana ini kan untuk pembinaan pemain berprestasi. Masa kita kasih pembinaan untuk orang tua, intinya terjadi miskomunikasi,” pungkasnya. (Her)