Debat calon presiden dalam pemilu 2019 menjadi salah satu barometer bagaimana pasangan calon mampu menuangkan pemikirannya dalam isu terpilih dan dapat dipahami oleh masyarakat yang menyaksikannya.
Di Indonesia, debat yang diikuti oleh calon presiden yang berlaga dalam pilpres mulai dikenalkan ke publik pada penyelenggaraan pilpres pada 2009. Dalam format yang masih ujicoba tersebut, debat yang diikuti oleh Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla itu lebih menampilkan bagaimana masing-masing kandidat presiden itu menyampaikan visi dan misinya.
Kini, dalam pilpres 2019 seakan mengulang debat capres pada lima tahun sebelumnya, Joko Widodo kembali bertemu dengan Prabowo Subianto untuk beradu argumentasi dalam mempertahankan program yang ditawarkan kepada masyarakat.
Debat pertama dilakukan pada 17 Januari 2019 dengan tema hukum, hak asasi manusia dan terorisme. Debat berlangsung di Pusat Konvensi Bidakara dan dihadiri tak hanya oleh kedua pasangan calon namun juga ketua partai yang menjadi pendukung dari masing-masing calon.
Prabowo bersama Sandiaga tiba di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, bersamaan sekitar pukul 18.55 WIB. Prabowo yang menumpang mobil Alphard berwarna hitam mengenakan kemeja putih dibalut jas hitam dan dasi merah hati lengkap dengan kopiah hitam Sedangkan Sandiaga Uno juga mengenakan kemeja putih dan jas hitam serta dasi merah dan kopiah hitam, mereka berdua kemudian melambaikan tangan kepada awak media di depan banner Debat Pertama Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Pemilu 2019.
Sebelumnya, mereka menggelar doa bersama dengan anak yatim dan salat Maghrib berjamaah di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, sebelum melaksanakan debat capres
Demikian pula pasangan calon nomor 01, Joko Widodo dan KH. Ma’ruf Amien berangkat dari Kompleks Istana Presiden Jakarta secara bersama-sama dan didahului dengan sholat Maghrib berjamaah.
“Sudah mantul, mantap betul,” kata Jokowi kala itu.
Ketika ditanya apakah ada pembagian materi atau jawaban yang nanti akan disampaikan, Jokowi mengatakan tidak ada.
“Ya kira-kira kalau dari saya masih kurang, nanti ditambahin oleh Pak Kiai, ada juga yang Pak Kiai menyampaikan semuanya pada beberapa bidang,” katanya. Ia menyebutkan dirinya bersama Ma’ruf Amin menghadapi Debat I Pilpres 2019 dengan santai.
“Kami santai santai sajalah,” kata Jokowi yang mengenakan kemeja putih kala itu.
Salah satu yang menarik dalam debat pertama itu ketika Prabowo mempertanyakan mempertanyakan kinerja Presiden Joko Widodo dalam memberikan jabatan penting kepada anggota bahkan pengurus partai politik, yang diduga akan menimbulkan konflik kepentingan.
“Bagaimana tanggapan Bapak (Jokowi) bahwa jabatan yang penting itu diserahkan kepada kader yang aktif dari partai politik dan bukan seorang yang benar-benar netral,” tanya Prabowo dalam debat capres putaran pertama di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis.
Menurut Prabowo selama empat tahun Jokowi memimpin ada kesan bahwa penegakan hukum dan keadilan hanya masih timpang.
“Sekarang ini kesan bahwa penegakan hukum keadilan itu hanya untuk orang kuat atau orang kaya yang punya koneksi,” ujar Prabowo.
Menanggapi hal tersebut, Jokowi mengatakan sebuah jabatan itu harus diberikan kepada orang yang kompeten, menurutnya proses rekrutmen yang mengacu pada kompetensi, integritas dan kapasitas, tidak hanya berlaku kepada orang yang bukan berasal dari partai.
“Karena jabatan harus diberikan kepada orang yang kompeten dengan proses panjang yang transparan,banyak kok yang berasal dari partai yang dalam memimpin kita sangat baik dan legendaris,” ujar Jokowi.
Debat kedua, menguji komitmen atas sumber daya alam
Dalam debat kedua yang diikuti kembali oleh pasangan calon 01 Joko Widodo dan pasangan calon 02 Prabowo Subianto ini berlangsung pada 17 Februari 2019 di Hotel Sultan dengan tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan infrastuktur.
Beberapa jam sebelum debat, Sandiaga Uno dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mendatangi kediaman Capres Prabowo Subianto, di Jalan Kertanegara No 4, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Zulkifli Hasan terlebih dahulu sampai ke kediaman Prabowo Subianto yakni sekitar pukul 15.15 WIB. Kemudian, disusul oleh Sandiaga Uno yang tiba pukul 15.35 WIB.
Zulkifli dan Sandi yang langsung masuk ke halaman rumah Prabowo dengan menggunakan mobil tak memberikan sepatah kata kepada wartawan terkait kunjungannya ke rumah Prabowo. Sementara itu, sejumlah anggota tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berkumpul di Kertanegara, Jakarta Selatan. Mereka berkumpul untuk briefing persiapan debat capres.
Sementara pasangan calon 01 Joko Widodo, mengaku akan menjalani debat kedua Pilpres 2019 secara santai.
“Ya tergantung situasi sajalah, kalau kita ini santai-santai saja,” kata Jokowi ditemui di veranda Istana Merdeka, Jakarta pada Minggu sore.
Dalam jumpa pers itu, Jokowi didampingi oleh istrinya Iriana Joko Widodo, putri keduanya Kahiyang Ayu, menantunya Bobby Nasution serta cucunya Sedah Mirah.
Menurut Jokowi, debat kedua diharapkan berlangsung secara lebih baik kendati KPU tidak memberikan kisi-kisi debat. Terkait dengan tema debat yang akan diangkat mengenai energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam dan lingkungan hidup, mantan gubernur DKI Jakarta itu menegaskan dirinya telah siap.
“Ceritakan aja apa yang sudah kita lakukan dan apa ke depan visi yang ingin kita kerjakan,” jelas Jokowi.
Dalam perdebatan “empat mata” tersebut, baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama mengeluarkan pertanyaan yang cukup membuat lawan perlu tangkas dalam memberikan jawaban dan data.
Prabowo Subianto menyoroti banyaknya utang akibat pembangunan infrastuktur di era pemerintahan Joko Widodo yang menyebabkan inefisiensi.
“Saya melihat bahwa masalah ‘cost of money’, banyak utang komersial untuk membangun infrastruktur yang menyebabkan inefisiensi,” kata Prabowo dalam Debat Capres Putara Kedua sesi pendalaman visi misi di Jakarta, Minggu.
Prabowo menambahkan banyak masyarakat yang dinilai dirampas tanahnya karena pembangunan tersebut.
“Masyarakat tanahnya diambil, memindahkan kehidupan mereka,” katanya.
Karena itu, Prabowo menawarkan untuk pembangunan infrastruktur sedianya dilakukan dengan pendekatan kerakyatan.
“Ini sangat penting dengan bicara, kita harus berorientasi untuk meningkatkan nilai tambah dari segi ekonomi agar bisa membayar utang-utang itu yang membuat pertumbuhan ekonomi melambat,” katanya.
Jokowi menjawab menyatakan tidak benar bila pembangunan infrastruktur dilakukan tidak efisien dan grasa-grusu seperti tudingan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, karena pembangunan infrastruktur telah direncanakan sejak lama dan melalui proses perencanaan yang baik dan benar.
“Kalau dikatakan tanpa feasibilty tadi salah besar karena ini telah direncakan sejak lama. Semuanya ada, dan ada juga DED (Detail Engineering Design),” katanya
Jokowi mengemukakan hal tersebut guna membantah pernyataan Prabowo bahwa pembangunan infrastruktur dilakukan secara grasa-grusu.
Ia mencontohkan seperti proyek LRT Palembang dan LRT Jakarta semuanya membutuhkan waktu terutama dalam memindahkan budaya orang untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
“Yang saya pelajari dari negara lain butuh waktu 10-20 tahun untuk memindahkan budaya itu,” ucapnya.
Tak hanya materi debat, tata busana pun menarik perhatian dalam debat kedua ini, meski sama dengan debat pertama gaya busana Joko Widodo dan Prabowo Subianto yaitu Jokowi mengenakan kemeja putih dipadukan dengan celana hitam, sementara Prabowo memakai setelan jas hitam dengan peci cukup memberikan impresi.
Pengamat mode Sonny Muchlison menilai pakaian dapat menjadi representasi seseorang. Menurut dia, pemilihan warna putih dari busana yang dikenakan Jokowi malam ini sebagai simbol ketulusan, murni dan berusaha untuk jujur.
“Konsisten dengan warna putih karena tulus dan terus merakyat, lebih jujur dan apa adanya,” kata Sonny saat dihubungi Antara, Minggu.
Prabowo, yang mengenakan jas hitam menurut Sonny terlihat necis dan perlente dengan gaya seperti itu.
“Prabowo menampakkan karismanya dengan membuat tampilan yang perlente, necis dan penuh dengan kewibawaan,” kata dia.
Menurut Sonny, Prabowo terlihat lebih keren mengenakan setelan jas dibandingkan dengan busana safari yang kerap dia kenakan saat kampanye karena membuat tubuhnya terlihat lebih ramping.
Perancang busana yang juga membuat buku “Batik Ing Banten” ini menilai gaya busana seperti ini akan terus bertahan hingga debat ketiga, yang akan mempertemukan calon wakil presiden Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno.
Dalam debat kedua ini, juga diwarnai dengan adanya ledakan di sekitar lokasi nonton bareng debat di Parkir Timur Senayan, namun polisi segera menangani kasus tersebut sehingga tidak menganggu keamanan selama debat berlangsung.
Debat ketiga, perdebatan antar cawapres lintas generasi
Dalam debat ketiga yang berlangsung 17 Maret 2019, banyak menarik perhatian masyarakat karena dalam debat kali ini, saling berhadapan cawapres dari paslon 01 Ma’ruf Amien dan cawapres paslon 02 Sandiaga Uno.
Ma’ruf Amien dipandang sebagai representasi dari ulama yang memiliki pengalaman mumpuni di bidang sosial, agama dan kemasyarakatan. Sementara Sandiaga Uno dipandang sebagai sosok yang mewakili generasi muda di bidang politik dan kewirausahaan, akrab dengan kaum milenial dengan gaya khasnya.
Saat disandingkan, Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno terlihat kontras. Ma’ruf Amin dikenal sebagai pemuka agama, sementara Sandiaga identik dengan dunia bisnis.
Mereka berasal dari generasi berbeda dengan perbedaan usia yang terpaut jauh. Sandiaga kini berusia 49 tahun, sedangkan Ma’ruf Amin baru saja merayakan ulang tahun ke-76 pada 11 Maret silam.
Ma’ruf dan Sandi bagaikan berada dari kutub yang berbeda dari segi penampilan, pendekatan berkomunikasi hingga rekam jejak di media sosial.
Pada umumnya, Sandi memang terlihat sangat memperhatikan penampilan, seperti dikomentari oleh pengamat mode Sonny Muchlison setelah melihat gaya berbusana sang politisi pada debat calon presiden putaran pertama.
Di sisi lain, Ma’ruf Amin punya tampilan yang tidak kalah berkarakter: sarung. Dia selalu mengenakan sarung sebagai pengganti celana, dipadukan dengan kemeja sebagai atasan.
Pada acara-acara formal, pria yang selalu mengenakan peci itu kerap memakai jas yang membuat tampilannya terlihat lebih resmi. Sesekali, sorban menghiasi lehernya.
“Itu pakaian santri,” ujar perancang Deden Siswanto. Tradisi bersarung awalnya dimulai dari kebiasaan kaum sarungan di wilayah Jawa.
Menurut antropolog Cliffort Geertz dalam buku “Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa”, kaum santri identik dengan pelaksanaan ritual pokok agama Islam. Kini sarung juga jadi objek karya para perancang-perancang Indonesia, salah satunya Deden. Dia adalah salah satu orang di industri mode yang ingin melejitkan popularitas sarung sebagai kain Indonesia.
Lantas, apakah gaya busana Ma’ruf Amin juga berkontribusi secara signifikan dalam misi mempopulerkan penggunaan sarung di luar busana untuk beribadah? Deden berpendapat, dampaknya tidak begitu signifikan untuk kampanye “Sarung is My New Denim”, di mana masyarakat diajak memperlakukan sarung seperti celana-celana jins yang tak lepas dari keseharian untuk acara formal dan informal.
Sementara peneliti Komunkasi Vokasi UI Devie Rachmawati menjabarkan tiga perbedaan antara kedua kandidat calon wakil presiden: isi, gaya dan target khalayak.
“Value yang ditawarkan keduanya sama, positif dan optimistis,” ujar Devie. Hanya saja, Ma’ruf amin biasanya menyampaikan pesan dengan tema-tema yang lebih umum, sementara Sandiaga cenderung lebih spesifik. Tema yang identik dengan sosok Sandiaga berkisar pada kewirausahaan, ekonomi, serta kesehatan olahraga.
“Dua tema ini mudah diasosiasikan dengan Sandi karena dia memilih tema yang spesifik.”
Dari sisi gaya, Ma’ruf Amin dinilai jauh lebih formal ketimbang Sandiaga yang lebih kasual. Ma’ruf Amin identik dengan balutan keagamaan, sementara Sandi lekat dengan gaya-gaya kontemporer yang kerap diperbincangkan di media sosial, sebut saja guyonan “rambut petai” saat berkampanye di pasar Subang, juga komentarnya mengenai tempe setipis kartu ATM. Perbedaan gaya ini berhubungan dengan karakter masyarakat yang jadi sasaran mereka.
“Segmentasinya, kyai Ma’ruf Amin menyasar usia senior dan old milenial. Sandi betul-betul menyasar kalangan muda, younger milenial.”
Itu adalah bagian dari strategi masing-masing kubu untuk menjangkau sebanyak mungkin lapisan masyarakat. Dari segi gaya, Sandiaga sebenarnya lebih bisa dibandingkan dengan Joko Widodo yang lebih aktif menyajikan konten-konten mutakhir yang menarik perhatian generasi muda.
Debat keempat, menguji wawasan di bidang keamanan dan hubungan internasional
capres keempat, berlangsung pada 30 Maret 2019 dengan kembali menghadirkan capres paslon 01 Joko Widodo dan capres paslon 02 Prabowo Subianto. Kali ini mereka berdebat dan saling mengadu program di bidang ideologi, pemerintahan, pertahanan dan keamanan serta hubungan internasional berlangsung di Hotel Shangri-la.
Perdebatan yang menarik dalam debat capres putaran keempat ini adalah calon Presiden Joko Widodo yang akan mendorong penerapan digitalisasi dalam layanan pemerintahan.
Ia mengatakan Indonesia ke depan membutuhkan pemerintahan “dilan” atau digital melayani, mengingat perkembangan dunia saat ini yang sudah memasuki era digital reformasi.
“Oleh sebab itu dibutuhkan reformasi dan pelayanan publik melalui yang menggunakan teknologi informasi dan elektronik, sehingga dalam hal ini diperlukan persamaan dan peningkatan sumber daya masyarakat, begitu pula dengan reformasi tata kelola,” ujar Jokowi.
Sementara Prabowo menegaskan perlunya Indonesia memiliki hubungan luar negeri yang aktif dan mendorong kepentingan nasional.
“Di bidang hubungan internasional, kita menganut (prinsip) seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Kita akan baik dengan semua negara dan semua kekuatan di seluruh dunia,” ujar Prabowo.
Prabowo mengatakan, bila terpilih ia akan menjalin hubungan antara Indonesia dengan negara-negara lain dengan prinsip saling menguntungkan dan dengan tetap mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia.
“Kita akan mencari hubungan yang saling menguntungkan, tetapi kita juga akan mempertahankan dan membela rakyat kita, itu yang utama,” ucap Prabowo.
“Bagi kami membela rakyat adalah kehormatan yang sangat mulia dan kami bertekad untuk menuju Indonesia menang,” lanjutnya.
Yang menarik dalam debat ini, penutup dari kedua paslon, mendorong agar pemilu dan pilpres bukanlah ajang permusuhan dan perseteruan, namun menjadi ajang untuk mencari pemimpin terbaik bagi bangsa.
“Kita berjuang untuk rakyat sama-sama, biarlah rakyat yang menentukan yang terbaik untuk bangsa kita,” kata Prabowo dalam kesimpulan Debat Ke-4 Capres Pemilu 2019.
Menurut Prabowo, kendati berbeda pandangan dalam masalah kenegaraan, dirinya tetap bersahabat dengan para tokoh kubu pendukung calon presiden nomor urut 01.
Dia menyebutkan beberapa tokoh yang hadir dalam acara itu antara lain Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati, putri Abdurrahman Wahid Yenny Wahid, dan politisi senior PDI Perjuangan Pramono Anung merupakan sahabatnya.
“Saya juga yakinkan bapak, saya tetap bersahabat. Tokoh-tokoh semua sahabat saya; Ibu Megawati, Mba Yenny, semuanya sahabat-sahabat saya, Mas Pramono, jadi kita pun tidak akan putus persaudaraan kita,” ujar Prabowo.
Sementara Joko Widodo yang tampil mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung menyatakan hal itu sambil berdiri, sementara Prabowo yang tampil dalam setelan jas hitam dasi merah dan peci hitam, memerhatikan ucapan-ucapan itu.
“Saya senang naik sepeda dan seringkali rantainya putus, Pak. Tapi percayalah, persahabatan kita, rantai persahabatan saya dan Pak Prabowo yang indah tidak akan pernah putus,” ujar Jokowi, dalam pernyataan tertutup usai debat capres keempat.
Jokowi juga mengingatkan, debat yang memunculkan banyak perbedaan pendapat itu bukanlah hal yang terpenting di Indonesia.
“Jangan pernah lupa bahwa yang terpenting bukanlah tentang debat, melainkan tentang masa depan dan kesejahteraan rakyat Indonesia, juga tentang memahami dan menyayangi rakyat, dan bagaimana mendengarkan dan mencarikan solusi bagi persoalan-persoalan negeri ini,” kata Jokowi.
Debat kelima, akhir perdebatan jelang pemungutan suara
Debat terakhir, atau putaran kelima berlangsung 13 April 2019 di Hotel Sultan Jakarta atau empat hari menjelang pemungutan suara. Sama seperti debat capres putaran pertama, debat capres putaran kelima ini diikuti oleh capres dan cawapres dari masing-masing paslon. Tema debat kali ini terkait ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi serta perdagangan dan industri.
Yang menarik dalam perdebatan terakhir ini salah satunya Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menilai badan usaha milik negara (BUMN) adalah benteng terakhir perekonomian Indonesia. Ia meminta agar seharusnya kekuatan BUMN ditingkatkan dan tidak kalah dengan perusahaan swasta atau perusahaan asing lainnya.
Capres pasangan calon 01 , Joko Widodo mengingatkan bahwa berbagai pihak harus selalu memandang dengan optimis karena tidak ada negara manapun yang akan maju kalau rakyatnya tidak optimistis.
“Kalau ada masalah itu tugas kita sebagai pemimpin bagaimana menyelesaikan masalah,” katanya.
Jokowi menyatakan dirinya tidak mau membuka masa lalu tetapi memang ada sejumlah BUMN yang mengalami salah kelola. Namun dirinya tidak ingin menyalahkan mereka tetapi berupaya mencari jalan keluar agar BUMN menjadi lebih baik.
Debat pamungkas ini diakhiri dengan pernyataan terakhir dari masing-masing paslon. Sandiaga mengatakan dirinya dan Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tidak akan mengambil gaji apabila terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024.
“Kami berkomitmen tidak mengambil gaji serupiah pun, jika mendapatkan amanah ini,” kata Sandiaga saat menyampaikan kata penutup dalam debat kelima capres di Jakarta, Sabtu.
Sandi mengatakan gaji tersebut akan diberikan kepada negara, kaum yatim maupun dhuafa yang lebih berhak mendapatkannya. Dalam kesempatan ini, Sandiaga menyakini Allah akan memberikan masyarakat untuk memilih pemimpin terbaik dalam Pemilu 2019.
Sementara capres paslon 01 Joko Widodo selain mengatakan bahwa persahabatannya dengan Prabowo dan Sandiaga tidak akan putus, juga menyampaikan agar bangsa Indonesia selalu optimistis. Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak pesimistis dan tidak kufur nikmat terhadap kondisi perekonomian, yang sudah membaik.
“Untuk menjadi negara maju, tantangan kita besar, kita wajib bersyukur. Kita jangan kufur nikmat, inflasi sangat terjaga, inflasi pangan terjaga, tingkat pengangguran turun, angka kemiskinan tinggal satu digit, kita tidak boleh takut. Bukan kesulitan yang membuat kita takut, seringkali ketakutanlah yang membuat kita jadi sulit,” ujar Jokowi. ant