Muarasabak, AP.- Kadishut Tanjabtim, Adil Aritonang mengungkapkan, perkebunan sawit yang dimiliki masyarakat, merupakan salah satu penyumbang angka kemiskinan di Tanjabtim. Buruknya hasil sawit dan semakin murah harga sawit, bukannya meningkatkan perekonomian masyarakat, namun sebaliknya. Kemiskinan pun kian bertambah karena biaya perawatan tidak sebanding dengan hasil yang didapat.”Masyarakat juga enggan beralih dari tanaman sawit,” jelas Adil kemarin (5/10).
Untuk areal lahan perkebunan sawit di Tanjabtim saat ini dirasa sudah cukup. Karena setiap tahun hampir terjadi perluasan areal perkebunan sawit. “Menurut hemat kami sudah cukuplah komoditi sawit di Tanjabtim,” katanya.
Penyebab lain, masalah sawit juga harus diremajakan. Namun untuk peremajaan masyarakat tidak mampu untuk membeli bibi berkualitas, sementara Pemkab tidak dapat memberikan bibit sawit secara cuma-cuma.”Akhinya masyarakat pun membeli bibit palsu, dan sudah dipastikan hasil sawit tidak bagus,” urainya.
Sementara itu, walaupun harga pinang saat ini stabil, dia meminta masyarakat untuk tidak ikut-ikutan latah menanam pinang, walaupun harga pinang stabil. “Solusi yang punya lahan kosong tidak lagi tanam pinang. Kami melihat masyarakat masih menggebu-gebu menanam pinang,” ungkapnya.
Dia lebih menyarankan agar masyarakat yang masih memiliki lahan kosong, untuk menanam komoditi yang nilai ekonomisnya lebih tinggi, dan belum komoditi ini belum banyak berada di Tanjabtim.
“Seperti kelapa dalam, cabe merah, kopi, jengkol, nangka maupun kakao. Kan belum banyak yang menanam komoditi ini. Padahal nilai ekonomisnya lebih tinggi. Lagipula komoditi ini dibutuhkan setiap hari,” pungkasnya.fni