Kualatungkal, AP—Cara unik dilakukan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dalam menangani dampak luas kabut asap dalam sepekan terakhir yang menyelimuti daerah itu.
Bukannya membagi-bagikan masker kepada masyarakat, HMI Tanjabbar justru perhatiannya kepada pejabat dan ASN di lingkungan Pemkab Tanjabbar. Mereka tidak segan-segan mendatangi dinas hingga ke ruang kerja ASN membagi-bagikan masker. Tak ketinggalan gedung wakil rakyat juga dihampiri.
Seraya memegang kotak masker, HMI Tanjabbar bagikan masker kepada wakil rakyat. Aksi ini sengaja dilakukan HMI sebagai bentuk protes kepada Pemkab karena belum ada tindakan terkait kabut asap yang mengancam kesehatan masyarakat.
Koordinator bagi-bagi masker HMI, Faisal Reyza mengaku sengaja membagikan masker ke dinas-dinas dan para pejabat sebagai pelayan rakyat harus tetap sehat.
“Jangan sampai sakit terdampak dari kabut asap. Kalau kami kan hanya rakyat, jadi rakyat tidak apa-apa kalau sakit asal pejabat sehat semua,” tutur Faisal Reyza.
Kegiatan ini dilakukan sebagai kritik kepada pemerintah khususnya dinas kesehatan yang terkesan lambat bertindak ditengah kondisi kabut yang semakin parah.
“Semakin hari kabut asap makin menebal. Sedangkan emerintah sampai saat ini sangat lambat dan belum ada tindakan apapun, seharusnya cepat mengambil tindakan sebagai bentuk antisipasi kesehatan masyarakat dari dampak asap,” bebernya.
Hingga Rabu (4/9), kepulan asap di Tanjabbar khusunya di Kota Kualatungkal makin pekat. Begitu juga di Kecamatan lainnya, Tungkailir dan Bramitam membuat jarak pandang hanya 300 meter.
Dari penelusuran di lapangan, ternyata setidaknya ada empat lokasi lahan perkebunan dan semak belukar yang terbakar.
Hingga kemarin, petugas gabungan yang terdiri dari TNI/Polri, Tim Pemadam PetroChina dan WKS, BPBD, Manggala Agni dan Dinas Perkebunan masih melawan api yang merayap di lahan gambut.
Dikutip dari infotanjab.com, Selasa sore (9/3), lokasi kebakaran lahan terjadi di Kecamatan Betara di Pematang Buluh, Betara 3, Betara 6, Pinang merah (sudah diatasi), Kampung Tengah Desa Mentialo.
Di Betara X misalnya, petugas gabungan terpaksa memadamkan dengan air di kanal-kanal yang ada di sekitar lahan.
Lahan yang terbakar terlihat ditanami kebun sawit yang masih berusia sekitar tiga tahun, tanaman pinang, dan sebagian lagi semak belukar.
Salah seorang petugas pemadam dari Dinas Perkebunan kepada mengaku kewalahan memadamkan api di lahan gambut ini. Pihaknya terus menyemprot hingga ke bagian dasar, agar api tidak menjalar.
“Belum padam total, asap masih ngepul, kita terus standbye,” katanya tanpa menyebutkan asal usul api.
Dikatakan dia, lahan terbakar di beberapa lokasi tersebut sudah terjadi sejak Minggu (1/9). Bahkan helicopter milik perusahaan dikerahkan untuk memadamkan api.
Sekcam Betara, Nasrun mengatakan, selain petugas gabungan, pihak Kecamatan Betara juga turut serta memadamkan api di lahan terbakar.
Menurut Nasrun, lahan terbakar tersebut sebagian besar areal perkebunan sawit, yang masih berusia muda. Sebagian lagi kebun pinang.
“Perkiraan 50 hektar, sudah dua hari yang lalu terbakar. Kita kesulitan karena berada di areal gambut,” ujarnya.
Dikatakan Nasrun, petugas berjibaku hingga malam hari untuk memadamkan api. “Kayak tadi malam pemadaman distop dan dilanjutkan pagi ini,” ujar Nasrun Selasa pagi. (bjg)