JAMBI, AP – Penutupan penerbangan komersil dari Bandara Sultan Thaha dan juga bandara lainnya berimbas kepada distribusi ikan para nelayan di Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar). Ikan sudah tidak dapat dijual, sehingga nelayan terpaksa berhenti melaut dan memilih bekerja serabutan termasuk kuli bangunan.
“Sudah satu pekan lebih kita berhenti melaut, karena gudang-gudang penampung hasil nelayan tidak ada yang beroperasi karena tidak bisa mengirim ikan yang biasanya menggunakan penerbangan. Penerbangan penumpang kan ditutup,” kata nelayan, Effendy, Jumat (1/5).
Dijelaskannya, gudang-gudang yang menerima hasil laut para nelayan di daerah itu tutup karena tidak bisa mengirimkan hasil laut. Hal tersebut disebabkan oleh tidak beroperasinya penerbangan komersil di Bandara Sultan Thaha Saifuddin Jambi menyusul kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan RI untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Sementara, penampung hasil laut nelayan di daerah itu memanfaatkan jasa penerbangan komersil tersebut untuk mengirimkan hasil lautnya ke daerah-daerah distribusi. Akibatnya mereka tidak melaut, nelayan di daerah itu terpaksa merubah mata pencaharian untuk sementara waktu karena banyak kebutuhan yang harus dipenuhi di Bulan Ramadhan ini dan persiapan untuk menyambut hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah.
“Ada yang jadi buruh bangunan, ada yang jadi buruh panen kelapa dan pinang, macam-macam pokoknya yang penting saat ini ada penghasilan,” kata Effendy.
Meski demikian, masih ada sejumlah nelayan yang pergi ke laut karena tidak memiliki mata pencarian sampingan. Namun nelayan-nelayan tersebut terpaksa merubah hasil tangkapan, yang semula pergi ke laut untuk menjaring udang belalang, berubah menjaring ikan.
Hal senada turut di sampaikan oleh nelayan lainnya, Yasir bapak lima anak tersebut terpaksa bekerja menjadi buruh lepas di pabrik kelapa karena sebagai seorang nelayan tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Untuk saat ini kita kerja jadi pengupas kelapa di pabrik kelapa,” kata Yasir.
Namun tidak semua bisa bekerja menjadi buruh lepas di pabrik kelapa, sebab pabrik-pabrik tersebut sebelumnya juga sudah memiliki pekerja harian dan buruh lepas. (Ant)