DIY, AP – Kelompok Tani (Poktan) Ngudi Rahayu di Desa Bugel, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, menerapkan irigasi modern sprinkler untuk menyirami tanaman tumpangsari bawang merah dan cabai, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu,.
Anggota Kelompok Tani Ngudi Rahayu Ikhwantara mengatakan pemanfaatan irigasi modern tersebut didukung dalam rangka mensukseskan kostratani untuk membangun pertanian maju, mandiri dan modern yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian disub sektor hortikultura melalui program Gerakan Mendorong Produksi Hortikultura (Gedor Horti).
“Irigasi sprinkler sangat cocok untuk pengairan di lahan surjan terhadap tumpangsari bawang merah dan cabai merah,” kata Ikhwantara, Senin (4/5).
Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Martono mengatakan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo berupaya mendukung petani untuk mengubah perilaku dan pola pikir dari tradisional menjadi petani yang modern salah satunya dengan irigasi modern sprinkler.
Menurut dia, jangka pendek hasil produksinya dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bawang merah dan cabai merah di Kabupaten Kulon Progo. Sementara untuk jangka panjangnya terobosan tersebut dapat ditingkatkan dalam rangka usaha tani lebih luas dan mendorong replikasi di wilayah lain di Kulon Progo.
“Irigasi pertanian berkembang dengan pesat, tidak lagi mengandalkan irigasi permukaan. Irigasi sprinkler atau spray irrigation adalah model pemberian air ke seluruh permukaan lahan yang akan diairi didukung pipa bertekanan melalui nozzle,” katanya.
Martono mengatakan sistem ini dapat diklasifikasikan menjadi sistem permanen, portable atau semi portable, travelling irrigator, center pivot atau linear move. Irigasi ini merupakan metode irigasi yang fleksibel. Dapat digunakan untuk menyiram tanaman juga pemupukan, pengobatan serta menjaga kelembaban tanah maupun mengontrol kondisi iklim sesuai dengan kondisi tanam.
“Keuntungan memilih irigasi tersebut karena cocok untuk tanah surjan maupun semua jenis tanah jika application rate-nya sesuai dengan kapasitas infiltrasi tanahnya, juga pada tanah marginal yang memiliki kapasitas infiltrasi rendah, dapat mengontrol tingkat pemberian air pada tanaman sehingga mengurangi pertumbuhan tanaman vegetatif dan memperbesar peluang tanaman tumbuh secara generatif sehingga meningkatkan produktifitas panen,” katanya. Desain dapat dirancang secara fleksibel sesuai jenis tanaman, tenaga kerja dan penghematan energi. Dapat dilakukan fertigation atau pemberian nutrisi tanaman melalui system irigas dan dapat pula mengontrol iklim mikro tanaman sehingga cocok juga untuk penyemaian dan mempercepat perkecambahan maupun prediksi panen.
“Sementara itu, kerugiannya adalah memerlukan biaya investasi tinggi, keseragaman distribusi air dapat menurun seiring berjalannya waktu, angin mempengaruhi distribusi air, dapat mengakibatkan kanopi tanaman lembab dan mendatangkan penyakit serta dapat merusak tanaman muda saat penyiraman,” katanya. (Ant)