Oleh: Bahren Nurdin
Seperti apa kira-kira kehidupan kita ‘setelah’ berjibaku menghadapi wabah Covid 19 beberapa bulan terakhir ini? Saya kasih tanda kutif pada kata ‘setelah’ karena agaknya kita belum tahu pasti apakah virus ini betul-betul berlalu tanpa bekas atau tetap ada selamanya.
Seperti apa? Pasti banyak berubah. Ingat, tidak ada yang abadi di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Tidak bisa kita hindari. Jika begitu, bukan perubahan yang kita takuti tapi mempersiapkan diri untuk menyesuaikan perubahan itulah yang sangat penting kita lakukan. Kata kuncinya menyiapkan dan menyesuaikan diri.
Melalui artikel kecil ini saya ingin disukusi tentang dua hal tersebut; menyiapkan dan menyesuaikan.
MENYIAPKAN:
Hal pertama yang harus disiapkan adalah mental (mindset). Saatnya kita memberitahukan kepada otak atau alam bawah sadar kita bahwa saat ini kondisi kehidupan sudah berubah. Tidak lagi sama. Jauh lebih baik!
Ya. Kita harus setting otak kita ke arah positif. Kalo setingnya positif maka cara kerja otak juga akan ikut positif. Dan sebaliknya, jika setingnya negatif nanti hasilnya juga negatif. Maka, kita sediakan dulu tempat yang positif agar isinya positif. ‘kita berubah menjadi lebih baik!’.
Saya yakin, jika semua orang menyiapkan mental mereka dengan positif, maka ‘aura’ yang muncul di tengah situasi ‘new normal’ ini adalah yang positif. Masyarakat akan terhindar dari keluh kesah, stress, bingung, putus asa, dan lain sebagainya.
Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan dalam menyiapkan diri menghadapi kehidupan ‘new normal’ ini adalah lebih mendekatkan diri kepada Sang Pemilik kehidupan; Allah. Bagi yang beragama Islam, ‘new normal’ itu adalah sebuah situasi yang ‘memaksa’ kita kembali ke jalan hidup yang benar dengan tuntunan Islam yang benar alias normal.
Jadi, (jangan-jangan) sebenarnya jalan hidup kita selama ini banyak yang kita jalani di luar normal ketentuan Allah. Dengan Covid 19 inilah Allah kembalikan normal. Sekali lagi, yang tidak normal itu, yang selama ini kita jalani!
MENYESUAIKAN:
Manusia itu adaptif. Mudah menyesuaikan diri. Saya kasih contoh yang paling sederhana. Pernahkah anda (maaf) masuk ke toilet umum? Di beberapa tempat biasanya tidak begitu terurus, kotor dan bau. Jika tidak ada pilihan, maka anda terpaksa memanfaatnya.
Apa yang terjadi? Pertama masuk anda akan tutup hidung atau bahkan bisa muntah-muntak kecil. Beberapa menit kemudian, perlahan semua anomali itu ‘menghilang’. Anda kemudian ‘menikmati’ kondisi ‘new normal’ tersebut bukan.
Apakah segala ketidaknyamanan itu betul-betul menghilang? Sesungguhnya tidak, tapi diri kitalah yang kemudian menyesuaikan dengan anomali tersebut.
Begitulah kita menghadapi ‘new normal’ ini. Kita harus menyesuaikan diri dengan segala ketidaknormalan ini sampai beberapa saat kedepan ia akan menjadi ‘normal’. Itulah yang saya sebut normal yang tidak normal. Kembali normal!
Tentu banyak hal yang harus disesuaikan; ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, keamanan, dan sebagainya. Semua akan berubah. Boleh jadi pendapatan tidak lagi seperti dulu, artinya pengeluaran harus disesuaikan. Mungkin selama ini sudah hidup boros, sekarang saatnya berhemat. Belajar lagi untuk memahami mana yang kebutuhan dan mana yang keinginan. Pandai-pandai menyusun skala prioritas. Hindari kredit-kredit yang tidak mendesak.
Jika selama ini banyak berkumpul dengan teman-teman untuk hal-hal yang mungkin tidak terlalu penting, sekarang kurangi. Banyaklah berkumpul dengan keluarga dan anak-anak. Jaga jarak (social and physical distancing). Mulai lagi kebiasaan mencuci tangan dengan sabun di setiap kesempatan. Jika ingin bertamu, bertanya dulu, tuan rumah menerima tamu atau tidak? Dan seterusnya.
Pokoknya positif. Covid 19 hadir pasti membawa pesan baik dari Allah. Yakinlah itu. Tinggal kita saja yang harus menyiapkan dan menyesuaikan diri. Dan, yang terpenting berpikir positif agar dapat mengambil hikmah positif dari situasi ini.
Selamat menempuh hidup baru: ‘New Normal’. (Akademisi UIN STS Jambi dan Ketua Relawan Edukasi Daring Covid 19 (REDC19), PUSAKADEMIA)