JAKARTA, AP – Kalangan Akademisi dan cendekiawan mendukung wacana pendirian Lembaga Internasional, Majelis Syuro Dunia, yang diinisiasi MPR RI saat Seminar Nasional Pembentukan Lembaga Internasional Majelis Syuro Dunia di Gedung Nusantara IV Komplek MPR/DPR RI, Sabtu (29/8).
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra, mengatakan dengan terbentuknya Majelis Syuro Dunia akan membantu Indonesia meningkatkan bobot peran Indonesia di mata dunia Internasional.
“Jumlah penduduk Muslim Indonesia yang sangat banyak, memiliki nilai yang membuat Indonesia lebih disegani negara lain. Sayang, kelebihan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal,” kata Azyumardi di Jakarta, Minggu (30/8).
Azyumardi berpandangan, kehadiran Majelis Syuro Dunia akan memperkuat silaturrahim di antara negara anggota. Selain itu Majelis Syuro Dunia juga akan mengembangkan hubungan harmonis dan damai di antara anggota. Juga memperkuat kerja sama hukum tata negara, terutama di bidang legislasi, yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman.
“Kerja sama ini membuka kesempatan pengembangan anggota parlemen. Di Eropa, sudah ada kebiasaan salah satu anggotanya belajar tentang legislasi dan hukum tata negara di negara tujuan dalam tempo tertentu. Kebiasaan ini belum banyak terdengar di Indonesia, dan itu bisa dilakukan dengan berdirinya Majelis Syuro Dunia,” kata Azyumardi menambahkan.
Agar berjalan efektif, Azyumardi berpesan agar Majelis Syuro Dunia mengantisipasi beberapa persoalan yang mungkin timbul. Seperti, kontestasi pengaruh otoritas, rivalitas kepemimpinan menjadi orang kuat, besar kecil kontribusi pendanaan, rasisme keagamaan, sektarianisme aliran dan mazhab. Serta belenggu hubungan sejarah konflik.
Pendapat serupa disampaikan oleh akademisi Luthfi Zuhdi, mantan Ketua Program Kajian Timur Tengah di Universitas Indonesia. Menurut Luthfi, kehadiran Majelis Syuro Dunia akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan badan kerja sama antarparlemen yang sudah ada selama ini.
Apalagi, potensi yang dimiliki Majelis Syuro Dunia sesungguhnya sangat besar. Pasalnya, jumlah umat Islam dunia, sesuai data tahun 2010 mencapai 2,2 miliar penduduk dari sekitar 6 miliar jumlah penduduk dunia.
Jika potensi umat Islam yang sangat besar itu bisa dipersatukan, menurut Luthfi, niscaya pengaruh yang ditimbulkan pun bisa sangat besar. Dan itu bisa berpotensi memberi sumbangsih yang besar pula pada kehidupan manusia di muka bumi. Namun, Luthfi juga mengingatkan sejumlah persoalan yang mungkin akan ditemui Majelis Syuro Dunia dalam perkembangannya.
“Indonesia sudah berperan aktif dalam OKI. Sayangnya, terkait sengketa di Timur Tengah, Indonesia tidak bisa berperan secara maksimal. Ini perlu dipikirkan dan dicarikan jalan keluarnya. Agar Majelis Syuro Dunia nantinya bisa lebih bermanfaat dari lembaga-lembaga dunia yang sudah ada saat ini,” kata Luthfi lagi. (Red)