Oleh: Bahren Nurdin
Keputusan pemerintah sudah final untuk tetap melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di seluruh Indonesia. Jika begitu, berhentilah berdebat yang menguras energi. Ada baiknya, seluruh elemen menyatukan asa bersama dengan memberikan sumbangsih terbaiknya kepada negara melalui Pilkada kali ini.
Memang kita fahami bahwa undang-undang masih memberikan celah untuk penundaan pilkada. Di dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2o2o, masih dibunyikan “Pemungutan suara serentak pada bulan Desember 2O2O ditunda dan dijadwalkan kembali apabila tidak dapat dilaksanakan karena bencana nasional pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) belum berakhir.”. Tapi, kapan Covid ini akan berakhir?
Tidak ada yang bisa memastikan. Bahkan WHO sendiri tidak berani menjamin kapan wabah ini akan benar-benar berakhir, atau memang tidak akan berakhir.
Agaknya, dasar inilah yang dipakai oleh pemerintah untuk tetap melanjutkan Pilkada di tengah Pandemi ini. Risikonya, jika tidak dilakukan Pilkada, maka beberapa bulan ke depan akan ada ribuan kepala daerah yang berstatus pelaksana tugas (Plt).
Maka dikhawatirkan pelaksanaan roda pemerintahan akan terganggu. Tentu saja, Plt memiliki keterbatasan wewenang dalam mengambil keputusan-keputusan penting di daerah. Penting mana, nyawa atau Pilkada? Walaupun tidak bisa dibandingkan ‘apple to apple’, sama pentingnya. Menghindari wabah ini tentu sangat penting karena jangan sampai ada di kemudian hari tercipta ‘klaster Pilkada’.
Pilkada juga tidak kalah pentingnya. jika tidak dilaksanakan dan jika terganggunya roda pemerintahan di daerah, ujung-ujungnya juga mengganggu masalah kehidupan masyarakat banyak. Sudahlah.
Sekali lagi, jika kita mau perdebatkan, pasti tidak habis-habisnya. Energi kita akan terus terkuras, lebih-lebih jika sudah dirasuki kepentingan demi kepentingan berbagai kelompok dan golongan. Stop!
Ada baiknya sekarang kita mulai menyatukan aksi untuk berkontribusi positif dengan kapasitas kita masing-masing. Saatnya pula kita menyadari bahwa pilkada kali ini memang berat karena dilaksanakan di tengah pandemic. Maka dari itu, seharusnya kita menambah energi untuk saling mendukung agar yang berat ini bisa jadi ringan.
Kita pasti memiliki peran penting yang dapat dimainkan. Kita pasti bisa memberikan hal-hal positif demi terselenggaranya demokrasi yang sehat di negeri ini. Paling tidak, sebagai masyarakat jangan sampai ada yang terlalu apatis sehingga tidak bersedia memberikan hak suaranya pada saat pemilihan nanti. Jangan!
Yakinlah, kita masih memiliki harapan yang besar. Bahwa demokrasi kita masih memiliki kekurangan di sana sini, ya. Tapi tidak boleh apatis!
John F Kenndy juga pernah mengingatkan “the ignorance of one voter in a democracy impairs the security of all”. Intinya, satu suara kita penting dan menjadi penentu bagi keberlangsungan demokrasi bangsa ini.
Maka melalui artikel singkat ini, saya hanya ingin meyakinkan kita semua bahwa masih ada asa (harapan) kita pada Pilkada kali ini untuk tercapainya substansi yang diingikan. Tentu, substansi pemilu itu adalah terpilihnya pemimpin yang berkualitas dan legitimit sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat.
Pilkada harus kita jadikan alat untuk menentukan keberlangsungan kepemimpinan dan jalannya pemerintah daerah ke depan. Alat ini harus kita gunakan sebaik mungkin agar asa yang diletakkan menemukan tempatnya yang tepat.
Ingat, Salah satu indikator sistem demokrasi adalah terselenggaranya Pilkada secara demokratis. Pilkada yang demokratis akan menghasilkan kepala daerah yang legitimate. Derajat legitimasi Pilkada ditentukan oleh tingkat partisipasi pemilih.
Akhirnya, sudahi perdebatan. Satukan aksi untuk memberikan kontribusi terbaik kita pada pelaksanaan Pilkada kali ini. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Yakinlah, kita masih punya harapan. Kita harus optimis jangan pesimis apalagi apatis!
(Akademisi UIN STS Jambi dan Direktur Puasat Kajian Demokrasi dan Kebangsaan [PUSAKADEMIA]