JAMBI, AP – Rumah Isolasi Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), Pijoan, Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, menjadi salah satu tempat memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Rumah Isolasi yang dibentuk oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jambi ini dijaga oleh empat orang anggota satuan pengamanan (satpam). Peran petugas security ini tidak bisa dianggap sepele.
Mereka menjadi bagian dari Tim Relawan Covid-19 Provinsi Jambi sejak Juni 2020. Tugas mereka dimulai sejak Bapelkes Pijoan diresmikan oleh Gubernur Jambi, Fachrori Umar, menjadi tempat isolasi pasien positif Covid-19.
Empat petugas keamanan yang berjaga di Pos Satpam Bapelkes Pijoan itu adalah Khaidir, Kamarudin, Darlan dan Muklis. Seorang dari mereka, Khaidir, sedikit bercerita tentang suka duka mereka selama menjadi relawan covid-19.
Khaidir melakukan tugasnya dengan ikhlas. Meski ancaman virus jahanam itu di depan matanya, dia tidak takut. “Wabah ini harus dilawan. Kita harus terus semangat dan yakin wabah ini segera berlalu. Yakin saja,” katanya, Minggu (18/10).
Cerita soal duka menjaga Pos Satpam Rumah Isolasi Bapelkes Pijoan, bagi Khaidir tidaklah menjadi penghalang. Sebagai relawan, Khaidir ingin seluruh pasien covid-19 sembuh dari serangan virus asal Wuhan, China itu.
“Tugas kami menerima pasien dari Rumah Sakit Raden Mattaher yang masuk ke sini sebelum dibawa ke kamar perawatan,” katanya saat ngobrol santai bersama media ini.
Awalnya, ketika wabah ini baru menyerang Jambi, Khaidir sempat takut juga. Setelah menjadi relawan, rasa takut itu hilang sama sekali. Dia juga semula enggan menjadi relawan, karena cerita-cerita tentang corona yang menakutkan.
“Sekarang tidak takut lagi. Kita tidak boleh kalah dengan virus ini. Patuhi protokol kesehatannya. Selalu pakai masker, jaga jarak, sering mencuci tangan pakai sabun, dan tidak berkerumun,” ungkapnya.
Menjadi relawan covid-19, Khaidir dan tiga rekannya mendapat honor hanya Rp. 1,125 juta sebulan. Uang itu bisa membantu Khaidir yang cuma pegawai honor ini memenuhi kebutuhan keluarganya, apalagi di tengah kondisi sulit sekarang.
“Alhamdulillah, bisa membantu kebutuhan keluarga di rumah,” ujar pria 33 tahun yang menjadi pegawai honorer Bapelkes Pijoan sejak 2009 ini.
Bertugas di Pos Satpam Rumah Isolasi Bapelkes Pijoan, lumayan banyak yang dikerjakan Khaidir dan teman-temannya. Selain berkeliling menjaga keamanan lingkungan Bapelkes dan menerima pasien masuk, mereka juga melayani keluarga pasien yang datang mengantar bermacam-macam barang untuk pasien.
Empat orang petugas keamanan dibagi dua shift. Masing-masing dua orang, dua hari jaga, dua hari off. Waktu libur itu mereka manfaatkan untuk istirahat dan berkumpul dengan keluarga.
Para petugas keamanan Bapelkes Pijoan punya komitmen tersendiri sebagai relawan covid-19. Mereka berusaha semua keluarga pasien dan pasien yang dirawat merasa nyaman.
“Kami harus ramah, supaya pasien senang, keluarga tenang. Itu motto kami,” ujar Khaidir sembari tersenyum.
Khaidir mengungkapkan, semasa bertugas mereka kerap kurang tidur. Pasalnya, seringkali pasien datang tanpa koordinasi. Ada yang datang larut malam, bahkan jam dua malam.
Selain berjaga dan tidur di pos sempit berukuran 2 X 2 meter, Khaidir dan petugas lainnya kerap terkejut ketika listrik padam. Mereka harus secepat mungkin menghidupkan mesin genset, agar pasien tidak panik.
Tugas yang tidak kalah pentingnya adalah menerima barang kiriman dari keluarga pasien, dan mengantarkannya ke tim lain untuk diteruskan ke pasien bersangkutan.
Jauh dari keluarga, dua hari tidak pulang, diakui Khaidir juga membuat mereka suntuk. Untuk menghibur diri, terkadang Khaidir ikut berkaraoke bersama para tenaga kesehatan, sekaligus menghibur pasien yang sedang istirahat di kamar masing-masing.
Satu kebanggaan para petugas keamanan Rumah Isolasi Bapelkes Pijoan ini, ketika melihat ada pasien yang sembuh dan boleh pulang. “Rasanya lega, semua lelah hilang kalau ada pasien yang pulang,” ujar Khaidir.
Khaidir dan rekan-rekannya berharap pandemi Covid-19 segera berakhir dan kehidupan kembali normal seperti sediakala. (Red)