MASYARAKAT Jambi patut bangga. Akhirnya pemerintah menganugerahi almarhum Raden Mattaher yang bergelar ‘Singo Kumpeh’ sebagai Pahlawan Nasional kedua dari Jambi setelah Sultan Thaha Syaifuddin.
Rasa bangga ini tentu harus disertai dengan rasa syukur. Sekaligus memacu semangat generasi muda Jambi agar terus berkarya dan bekerja keras membangun daerah ini untuk bisa lebih maju dan berdaya saing tinggi.
Selain itu, bentuk kepedulian pemerintah daerah terhadap keluarga pejuang juga harus ditingkatkan. Pengamat sejarah dan budaya Jambi, M Chudori di Jambi, Senin mengatakan pemberian anugerah atas almarhum Raden Mattaher sebagai Pahlawan Nasional kedua dari Jambi, yang dijuluki ‘Singo Kumpeh’ setelah berhasil menenggelamkan kapal Belanda di Sungai Muaro Kumpeh Jambi di masa perjuangannya melawan penjajah saat itu.
Keberaniannya itu menjadi sebutan sepanjang masa, hingga membuat bangga rakyat Jambi dengan mengabadikan namanya menjadi nama rumah sakit, nama jalan, nama yayasan dan lain-lain. Maka memang sudah selayaknya almarhum diangkat menjadi pahlawan nasional.
Keprihatinan, M Chudori saat ini adalah foto pahlawan nasional Sultan Thaha Syaifuddin nyaris tidak ditemukan di kantor-kantor, kampus-kampus maupun tiap sekolah. Apalagi foto Raden Mattaher yang baru diangkat jadi pahlawan nasional.
Tentu saja kondisi ini sangat miris dan mana mungkin bisa disebut menghargai jasa pahlawan bila tidak mengenal sosoknya seperti apa.
Jerih payah pejuang
Mewarisi semangat juang dari para leluhur adalah bukti bahwa cinta pada mereka yang telah gugur melawan penjajah. Bila dulu mereka berjuang mengorbankan jiwa dan raganya, sekarang generasi berikutnya harus berjuang mengisi kemerdekaan dengan karya dan rasa kebersamaan serta persaudaraan yang kuat.
Apalagi di tengah pandemi COVID-19 di mana segala lini ekonomi menjadi lemah, tentu dibutuhkan kebersamaan dan saling gotong-royong untuk bangkit dari keterpurukan. Bila kita semakin lemah dan kurang perduli terhadap sesama, maka kita akan semakin terpuruk.
Pengorbanan yang dilakukan sekarang, belumlah sebanding dengan bentuk pengorbanan para pahlawan. Artinya, memelihara dan merawat sejarah adalah bagian terpenting agar bangsa ini tetap kokoh dan bersatu.
“Sebab kita sadar, NKRI tidak akan ada tanpa jerih payah para pejuang kita seantero nusantara ini,” kata M Chudori. Dia juga mengucapkan selamat kepada keluarga besar almarhum. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan Raden Mattaher sebagai syuhada dan penghuni syurganya.
Jadilah keluarga yang bisa memberi teladan yang baik bagi masyarakat dan generasi Jambi khususnya dan Indonesia pada umumnya. Hari ini ada karena hari kemarin, dan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
Kebanggaan
Sementara itu Budayawan dan Seniman Jambi, Sakti Alam Watir yang akrab dengan sapaan Iik mengatakan, dirinya juga sangat bangga dimana kebanggaan masyarakat, salah satu pejuangnya menjadi pahlawan nasional yang diberikan pada saat acara peringatan pada Hari Pahlawan.
Presiden Joko Widodo akan menyerahkan langsung gelar pahlawan nasional untuk Raden Mattaher kepada ahli warisnya, Ratumas Siti Aminah Ningrat (Nina) didampingi Pemprov Jambi pada Selasa, 10 November 2020.
Bagi kalangan seniman dan budaya di Jambi dengan gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada Raden Mattaher tersebut dapat mengisi dengan karya-karya perjuangan Raden Mattaher sebagai wujud kebanggaan.
Ke depan para seniman dan budayawan serta generasi muda Jambi dapat menginspirasi kerja keras dan perjuangan dari Raden Mattaher yang sudah dia buktikan dengan melawan Belanda.
“Banyak cara yang harus dilakukan oleh para generasi muda di Jambi dalam meraih prestasinya dengan mengambil inspirasi dari si ‘Singo Kumpeh’ untuk bisa melahirkan karya terbaik putra daerah di segala bidang,” kata Sakti Alam Watir.
Sedangkan Kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Jambi, Arief Munandar, membenarkan jika Raden Mattaher dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional dari Kementerian Sosial, dan pihak ahli waris langsung menerima Piagam Nasional dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo.
Raden Mattaher akan menjadi tokoh kedua dari Provinsi Jambi yang akan bergelar pahlawan nasional setelah Sultan Thaha Syaifuddin. Data yang dikutip dari Wikipedia, Raden Mattaher terlahir dengan nama Raden Mohammad Tahir, lahir di dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, Jambi pada 1871 dan meninggal di dusun Muaro Jambi, 10 September 1907 adalah seorang pejuang dari Jambi.
Ayahnya Pangeran Kusin yang wafat di Mekkah. Ibunya adalah Ratumas Esa (Ratumas Tija) kelahiran Mentawak Air Hitam Pauh, dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato. Raden Mattaher tidak bisa dipisahkan dari Sultan Thaha. Sebab, beliau merupakan sosok panglima perang tangguh yang dimiliki Sultan Thaha masa itu. Sosoknya dengan segudang taktik gerilya, Raden Mattaher mampu menggempur serdadu Belanda. Oleh prajurit dan masyarakatnya di masa itu.
Ditakuti Belanda
Dia mendapat gelar Singo Kumpeh. Julukan itu diberikan karena keberingasannya layaknya singa dalam menumpas penjajah.
Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang dan membentuk kantong dan barisan pertahanan serta barisan perlawanan yang bergerak di teritorial dari Muara Tembesi sampai ke Muaro Kumpeh.
Pola serangan yang difokuskan Raden Mattaher adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personil, obat medis dan amunisinya.
Berkat taktik perangnya yang fokus pada penyerangan kapal yang bermuatan personil tentara dan amunisi itu, Raden Mattaher paling ditakuti oleh tentara Belanda. Pada tahun 1885 Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi. Peristiwa itulah menjadi tonggak sejarah dan membuatnya digelari sebagai Singo Kumpeh.
Perjuangan Raden Mattaher berakhir pada 10 September 1907. Dia ditembak mati di rumahnya sendiri dalam sebuah operasi militer Belanda. Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Kota Jambi. Selain itu jari kelingking Raden Mattaher juga dimakamkan di sebuah desa di Muaro Jambi.
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/11).
Penganugerahan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 117 TK Tahun 2020 yang ditetapkan pada 6 November 2020.
“Menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada yang namanya tersebut dalam lampiran ini sebagai penghargaan dan penghormatan yang tinggi atas jasa-jasanya luar biasa, yang semasa hidupnya pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata, atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa,” tulis Keputusan Presiden yang dibacakan dalam Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2020 di Istana Negara, Jakarta.
Keenam tokoh tersebut adalah tokoh dari Provinsi Maluku Utara almarhum Sultan Baabullah, tokoh dari Provinsi Papua Barat almarhum Machmud Singgirei Rumagesan, tokoh dari Provinsi DKI Jakarta almarhum Jenderal Polisi (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo,
Kemudian, tokoh dari Provinsi Sulawesi Utara almarhum Arnold Mononutu, tokoh dari Provinsi Sumatera Utara almarhum Mr Sutan Mohammad Amin Nasution, dan tokoh dari Provinsi Jambi almarhum Raden Mattaher Bin Pangeran Kusen Bin Adi.
Turut hadir dalam upacara penganugerahan tersebut yakni Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD, dan Menteri Sosial Juliari Batubara.
Acara dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh Menteri Agama Fachrul Razi. Presiden Jokowi selanjutnya memberikan ucapan selamat kepada ahli waris yang datang dalam acara tersebut. (Red)