PT HUTAMA Karya (Persero) atau HK menggarap pembangunan ruas Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 614 kilometer yang diharapkan selesai pada 2022.
“Saat ini kami sedang mengerjakan ruas jalan tol sepanjang 614 km yang akan kami selesaikan pada tahun 2022, dan juga segera dimulai (pembangunan) ruas-ruas lainnya,” ujar Direktur Utama Hutama Karya Budi Harto, Rabu(25/11).
Selain itu Budi menambahkan bahwa Jalan Tol Trans Sumatera yang telah beroperasi sepanjang 513 km. Seluruh pembangunan jalan Tol Trans Sumatera diharapkan akan dirampungkan pada 2024.
Menurut Dirut Hutama Karya tersebut, jalan tol ini akan membangun peradaban baru, karena jalan tol ini difasilitasi setiap 50 km dengan Tempat Istirahat dan Pelayan (TIP) atau rest area.
Kehadiran tol Trans Sumatera di awal-awal menciptakan peluang, antara lain membangkitkan perekonomian karena dengan demikian biaya logistik akan turun, pergerakan barang dan jasa akan lebih mudah, dan peluang-peluang lainnya.
“Saya kira banyak dampak positif turunan dari kehadiran Tol Trans Sumatera ini yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kesejahteraan bagi masyarakat di Sumatera,” kata Budi Harto.
Sebelumnya PT Hutama Karya (Persero) berencana mengajukan perpanjangan konsesi beberapa ruas tol Trans Sumatera kepada pemerintah khususnya yang memiliki potensi memberikan keuntungan untuk memperkuat struktur modal perusahaan.
Dirut Hutama Karya mengatakan bahwa perpanjangan konsesi dilakukan karena pihaknya menghadapi kendala ketika ingin menjual kepada pihak ketiga mengingat persentase imbal hasil bagi ekonomi atau Economic Internal Rate of Return (EIRR) dinilai terlalu kecil.
BUMN ini mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk pembangunan tol Trans Sumatera untuk empat tahap. Kebutuhan pendanaan Tol Trans Sumatera tahap I, kata Budi HArto, baik di lima ruas tol sudah beroperasi sepanjang 513 kilometer dan delapan ruas tol dalam proses konstruksi sepanjang 643 kilometer itu mencapai total Rp168,24 triliun.
Dari jumlah itu, pihaknya masih membutuhkan dana Rp80,5 triliun. Sedangkan untuk tahap II dan III, total kebutuhan dana diperkirakan masing-masing mencapai Rp99,9 triliun dan Rp101 triliun yang meliputi wilayah Jambi, Pekanbaru dan Aceh yang dinilai masih belum signifikan tingkat lalu lintasnya.(Red)