AS – Tersangka teror Bom Bali I dan Bom Hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton pada, Encep Nurjaman alias Riduan Isamuddin alias Hambali, bakal disidang oleh Mahkamah Militer Amerika Serikat pada 30 Agustus mendatang.
Dilansir The Straits Times, Selasa (29/6), Hambali bakal disidang Mahkamah Militer AS di Penjara Teluk Guantanamo bersama dengan dua warga Malaysia yang juga menjadi tersangka teror, yakni Muhammad Nazir Lep alias Lillie dan Muhammad Farik Amin alias Zubair.
Hambali dan dua rekannya disidang oleh Mahkamah Militer karena dianggap sebagai musuh negara (kombatan) dan mengobarkan peperangan terhadap Negeri Paman Sam. Dalam sistem hukum AS, ketiganya digolongkan sebagai warga asing dan musuh yang tidak mempunyai hak apapun.
Ketiganya dijerat dengan dakwaan kejahatan perang, percobaan pembunuhan yang melanggar hukum peperangan, secara sengaja hendak menyebabkan cedera berat, terorisme, menyerang warga sipil dan fasilitas umum, merusak properti dan melanggar hukum peperangan.
Sidang atas ketiga tersangka itu seharusnya digelar pada pada 22 Februari lalu. Namun, hal itu urung dilakukan akibat pandemi Covid-19.
Hambali dan Lillie serta Zubair ditangkap pada 14 Agustus 2003 di Ayutthaya melalui operasi gabungan antara Dinas Intelijen dan Kepolisian Thailand serta Amerika Serikat.
Mereka sempat ditahan di penjara rahasia Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) di Yordania, kemudian dipindahkan ke penjara militer AS di Teluk Guantanamo sejak 2006.
Saat itu Hambali disebut sebagai otak di balik serangan teror yang dilakukan kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI). JI disebut merupakan organisasi yang tunduk kepada Al-Qaidah, tetapi kini memilih condong kepada ISIS.
Hambali disebut sebagai otak di balik serangan Bom Bali I dan serangan bom ke Hotel JW Marriot Jakarta.
Bom Bali 2002 menewaskan 202 orang termasuk 88 orang warga Australia. Sedangkan bom JW Marriot pada setahun kemudian menewaskan 12 orang.
Hambali yang lahir di Cianjur, Jawa Barat itu diyakini merupakan perwakilan tertinggi kelompok teroris Al-Qaidah di kawasan Asia Tenggara. Dia dikenal licin karena melakukan bedah plastik pada wajah dan mempunyai banyak nama samaran untuk mengelabui petugas.
Akan tetapi, identitasnya berhasil diketahui dari luka bekas operasi akibat radang usus buntu yang pernah dia alami.