SELURUH negara saat ini berlomba-lomba mempercepat vaksinasi warganya untuk melawan Covid-19. Namun, percepatan vaksinasi justru di beberapa negara dibarengi dengan ledakan kasus.
Hal ini terlihat dari data-data infeksi yang diberikan oleh tiga negara dengan kampanye vaksinasi tercepat di dunia yakni Israel, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain.
Menurut data Our World in Data, pada 29 Juni, 57,8% populasi Bahrain telah divaksinasi penuh. Selain itu sebanyak 59,7% penduduk Israel menerima kedua dosis vaksin Covid. UEA dalam laporan terakhirnya pada 20 April lalu menyatakan angka vaksinasi telah mencapai 38,8%.
Namun data infeksi harian Covid-19 di tiga negara itu cukup berbeda. Israel menyatakan akhir-akhir ini jumlah kasus infeksi meningkat cukup pesat. Bahkan pada Rabu (30/6/2021) lalu, angka infeksi menembus 293 kasus.
Otoritas Israel sendiri menyalahkan peningkatan ini pada varian Delta yang mulai menyebar di Israel.
“Varian delta yang sangat menular bertanggung jawab atas sekitar setengah kasus baru,” kata Nadav Davidovitch, Ketua Asosiasi Dokter Kesehatan Masyarakat Israel.
Meski begitu ia menyatakan dengan adanya vaksin ini akan mengurangi keparahan pada pasien seperti pada gelombang infeksi sebelumnya sehingga tidak akan memberatkan fasilitas kesehatan.
“Tidak seperti dulu di gelombang ketiga,” tambahnya.
Di UEA, pada awal kampanye vaksinasi, kasus telah turun dari rekor tertinggi yang dilaporkan pada bulan Januari. Pada bulan Mei kasus turun ke level pertengahan seribu kasus perhari.
Dan saat ini, jumlah kasus saat ini naik menjadi sekitar 1.200 infeksi perhari
Otoritas Manajemen Bencana dan Krisis Darurat Nasional UEA pada bulan Mei lalu menawarkan dosis ketiga vaksin Sinopharm China.
Hal ini muncul di tengah skeptisisme masyarakat tentang keampuhan vaksin itu setelah laporan re-infeksi pada pasien yang telah mendapatkan dua dosis penuh.
Negara itu kemudian mengatakan mereka yang diinokulasi dengan vaksin Sinopharm dapat menerima suntikan ketiga vaksin Pfizer-BioNTech sebagai booster.
Hal yang berbeda terjadi di Bahrain. Kerajaan itu melaporkan 3.273 kasus baru pada 29 Mei. Di hari yang sama dilaporkan juga bahwa lebih dari 911 ribu orang di Bahrain telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19.
Namun saat ini, jumlah kasus di negara berpenduduk 1,76 juta itu mulai turun ke angka ratusan per harinya. Terbaru pada Jumat (2/7/2021) negara itu hanya melaporkan 165 kasus saja.
Dr. Waleed Al Manea, wakil menteri Kementerian Kesehatan Bahrain, mengatakan kepada Arab News bahwa ia mengaitkan keberhasilan relatif ini dengan satu strategi jelas yang telah ditempuh pemerintah selama pandemi, yaitu transparansi.
“Sejak awal, kami telah mengadopsi strategi transparansi dan itu sangat penting bagi kami,” katanya.
“Dengan transparansi itu, kami berjanji pada diri sendiri bahwa kami akan bekerja dengan fakta daripada dengan penutupan informasi. Setiap kali kami membuat keputusan, itu telah diinformasikan oleh fakta.”
Al Manea menambahkan bahwa hingga saat ini Bahrain masih mampu melakukan tindakan testing dan tracing yang sangat ketat, bahkan kepada warga tanpa gejala sekalipun.
“Kami ingin melacak semua kasus, bahkan yang tanpa gejala. Kami tidak hanya menguji orang-orang yang bergejala yang tiba di rumah sakit,” tambahnya.
Sementara itu analis mengatakan bahwa peningkatan infeksi di beberapa negara ini tidak perlu dirisaukan. Pasalnya ia menyebut bahwa kasus infeksi ini terjadi di masyarakat yang belum menerima vaksin.
“Saya tidak berpikir bahwa kita harus terlalu khawatir,” kata Paul Tambyah, presiden Masyarakat Mikrobiologi dan Infeksi Klinis Asia Pasifik.
“Sebagian besar, atau setidaknya sebagian besar kasus dilaporkan terjadi pada mereka yang belum divaksinasi.”
Ia melanjutkan bahwa mencapai target populasi yang signifikan masih harus menjadi faktor yang sangat penting dalam mengontrol pandemi.
“Perhatian utama adalah sepertinya kita tidak bisa lolos tanpa memvaksinasi proporsi populasi yang sangat signifikan,” katanya. (CNBC)