INGGRIS- Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, meminta para penduduknya mulai belajar hidup berdampingan dengan virus corona (Covid-19).
Hal itu diutarakan Johnson menjelang rencana melonggarkan pembatasan pergerakan akibat pandemi, termasuk mencabut penguncian wilayah (lockdown).
Johnson menegaskan meski pelonggaran pembatasan akan berlaku dalam beberapa waktu ke depan, pandemi belum benar-benar berakhir. Ia menekankan warga harus “mulai belajar hidup dengan virus ini” dan melakukan pencegahan “ketika menjalani hidup mereka”.
“Saat kita mulai belajar hidup berdampingan dengan virus ini, kita harus tetap berhati-hati dalam menangani risiko Covid-19 dan melatih diri untuk mengambil keputusan yang menyangkut kehidupan kita. Namun, saya menekankan pandemi belum berakhir dan kemungkinan akan terjadi kenaikan kasus dalam beberapa pekan mendatang,” kata Johnson dalam jumpa pers di London, seperti dilansir Reuters, Senin (5/7).
Johnson semula berencana membuka kembali perbatasan dan mencabut pembatasan pergerakan sepenuhnya pada 21 Juni lalu. Namun, rencana itu tertunda karena lonjakan varian Delta virus corona yang lebih menular.
“Hari ini kami akan menetapkan bagaimana kami dapat memulihkan kebebasan rakyat,” kata Johnson seperti dilansir AFP.
Mutasi baru corona yang pertama kali terdeteksi di India itu telah menyebar di Inggris dan mendominasi kasus Covid-19 baru di negara Eropa tersebut.
Johnson diperkirakan akan memberikan jumpa pers hari ini terkait rencana pelonggaran lockdown. Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, dijadwalkan berbicara di parlemen terkait rencana pelonggaran pembatasan pandemi.
Selain lockdown, Inggris juga berencana tak lagi mewajibkan penggunaan masker di tengah pandemi.
Menteri Perumahan Inggris, Robert Jenrick, mengatakan pemakaian masker akan menjadi pilihan pribadi.
“Ini akan menjadi fase berbeda di mana kita sebagai warga negara membuat penilaian sendiri, bukan pemerintah memberitahu Anda apa yang harus dilakukan,” kata Jenrick kepada Sky News, Minggu (4/7) kemarin.
Jenrick mengaku berniat untuk tak lagi memakai masker jika protokol kesehatan itu tak diwajibkan lagi di Inggris.
“Saya akan melakukannya. Saya tidak terlalu senang memakai masker, saya rasa banyak orang juga begitu, kita akan pindah ke fase ini akan menjadi pilihan pribadi.”
Sejumlah akademisi dan ahli mengkritik tajam kebijakan ekstrem Johnson terutama soal penggunaan masker.
Seorang profesor psikologi sosial Universitas Saint Andrews, Skotlandia, Stephen Reicher, menganggap keputusan tak mewajibkan penggunaan masker merupakan salah satu hal yang egois.
“Menakutkan memiliki pejabat yang ingin menjadikan semua bentuk perlindungan sebagai pilihan pribadi ketika kunci utama pandemi ini adalah bukan tentang ‘saya’ tapi ‘kita’,” papar Reicher.
“Perilaku Anda mempengaruhi kesehatan saya,” ucapnya menambahkan.
Inggris masih menjadi salah satu negara di Eropa dengan kasus corona dan kematian tertinggi. Angka kematian akibat Covid-19 Inggris sejauh ini mencapai 128 ribu lebih.
Kantor Perdana Menteri Inggris menyatakan tren penularan corona baru-baru ini menunjukkan tingkat infeksi akan tetap meningkat ketika pembatasan dicabut. Namun, tingkat rawat inap dan kematian akibat Covid-19 akan terus menurun berkat vaksinasi.
Inggris menjadi salah satu negara pertama yang melakukan vaksinasi corona pada Desember 2020. Sejauh ini sekitar 64 persen populasi orang dewasa di Inggris sudah menyelesaikan proses vaksinasi. (CNN)