TEB0 – Suku Akan Dalam (SAD) di Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, menolak untuk divaksin. Alasannya, mereka lebih yakin terhadap ramuan tradisional yang dianggap bisa menangkal Covid-19.
“Kami lebih percaya dengan ramuan ketimbang obat-obatan dari luar,” kata anak Temenggung Apung, Malenggang di kawasan khusus SAD Desa Muara Kilis, Rabu (11/08).
Diakui Malenggang jika warga SAD sangat takut tertular Covid-19. Namun mereka bingung dengan virus tersebut dan seperti apa cara penularannya.
“Kita tidak tahu penyakit itu seperti apa, dan siapa yang membawanya (menularkannya). Yang jelas kalau ada yang sakit, ya minum ramuan, paling tiga hari sudah sehat,” katanya.
Dia menjelaskan, salah satu ramuan tradisional yang dianggap ampuh adalah air rebusan pucuk daun sungkai. Air ini mereka yakini bisa menangkal virus yang semakin pandemi tersebut.
Caranya kata dia, pucuk daun (daun muda) direbus dengan air. Lalu air sisa rebusan daun tersebut diminum.
“Satu hari satu gelas sudah cukup. Selain meningkatkan imun tubuh, juga bisa menyembuhkan sakit demam panas, batuk-batuk dan pilek,” jelasnya.
Diakui Malenggang, air rebusan daun Sungkai terasa sangat pahit. Biasanya, anak-anak menolak untuk meminum air rebusan itu.
“Kalau untuk anak-anak biasanya kita campur ke air, lalu kita mandikan. Tapi baiknya harus diminum. Khasiatnya lebih terasa (cepat),” ujarnya.
Hal ini dibenarkan Ketua Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK), Ahmad Firdaus. Dia mengaku sudah beberapa kali SAD Kelompok Temenggung Apung menolak divaksin.
“Alasannya, mereka percaya dengan ramuan tradisional ketimbang vaksin,” kata Firdaus pendamping SAD di Tebo.
Alasan lain yang membuat SAD Muara Kilis menolak divaksin, kata Firdaus, ada informasi yang menyesatkan mengatakan bahwa jika seseorang divaksin maka tidak lama meninggal dunia.
Kabarnya itu dialami warga yang berdomisili tidak jauh dari pemukiman mereka (pemukiman SAD Kelompok Temenggung Apung).
Selain itu lanjut Firdaus, ada juga kabar yang menyebutkan ada warga yang terserang demam pasca divaksin. Bahkan sudah satu bulan lebih warga tersebut tak kunjung sembuh dari demamnya.
“Informasi seperti itu juga membuat mereka menolak untuk divaksin,” katanya. (Gat)