JAKARTA – Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, angkat bicara soal masih banyak yang menghina bapaknya. Apakah Gibran marah? Tidak. Menurutnya, hinaan itu sudah ada dari dulu.
“Jadi, biarin aja,” ujar Gibran di Solo, beberapa waktu lalu.
Soal hinaan kepada Jokowi ini diungkit Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri saat melakukan peletakan batu pertama pembangunan perlindungan kawasan suci Pura Besakih, Bali secara online, Rabu (18/8/2021).
Pada acara itu, Mega sedih sampai air matanya keluar karena melihat Jokowi selalu dihina dan dikatain kodok. Padahal, kata Mega, Jokowi selalu memikirkan rakyat.
Bahkan, berat badannya sampai kurus. Mega pun meminta yang ingin mengkritik Jokowi sebaiknya datang langsung.
Omongan Mega soal Jokowi ini ramai dikomentari warganet. Ada yang mendukung omongan Mega.
Ada juga yang mengkritik. Nah, Gibran ditanya media soal masih banyaknya hinaan terhadap bapaknya. Menurutnya, masalah penghinaan tidak usah ditanggapi.
“Santai saja. Itu biasa saja,” tutur Gibran.
Gibran ogah ambil pusing sama hinaan-hinaan yang ditujukan ke bapaknya. Apalagi, hinaan tersebut sudah lama.
“Bapak diejek (kodok) biasa saja. Sejak dulu kan seperti itu. Biarkan saja,” kata ayah Jan Ethes ini, singkat.
Gibran juga tidak ingin melaporkan pengkritik bapaknya. Dia tidak ingin energinya habis mengurusi hal yang tak ada juntrungannya. Ia lebih memilih fokus menyejahterakan rakyat dengan memenangi perang melawan pandemi.
“Tidak usah ditanggapi. Sekarang kan masa pandemi, kita fokus ke kegiatan produktif saja. Kalau mengurus seperti itu tidak ada habisnya,” pesannya.
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, ikutan berkomentar. Menurut dia, ketimbang sibuk urusan politik, alangkah baiknya seluruh lapisan masyarakat bersatu padu lawan pandemi.
“Dalam situasi pandemi ini, sebaiknya seluruh komponen bangsa kedepankan pikiran, sikap, dan tindakan yang membangun persatuan, mengedepankan gotong-royong, dan melakukan hal-hal yang konkret untuk membantu rakyat,” pesannya.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin menyesalkan, masih ada pihak yang menghina Jokowi. Menurutnya, pernyataan Mega harus menjadi pelajaran bagi rakyat Indonesia. Boleh mengkritik, namun ada tata kramanya.
“Kritik itu kan membangun, bukan menghujat. Bukan dengan julukan yang tidak layak. Itu penting banget,” imbuh Ngabalin.
Lalu, apa penilaian pengamat? Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, siapapun orangnya, jika menjadi pemimpin harus terima konsekuensinya, termasuk dihina. Karena hal itu merupakan salah satu ujian kepemimpinan seseorang.
“Sikap Gibran yang menanggapi kritik dengan biasa saja memperlihatkan kedewasaan. Memang pemimpin itu akan selalu jadi sasaran kritik,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari melihat, Gibran menanggapi enteng hinaan yang ditujukan untuk bapaknya karena memang sudah biasa.
“Mungkin sudah terlatih menghadapi situasi dan kondisi seperti ini. Sehingga tidak mudah baper,” duga Qodari.