JAKARTA. Sektor kelapa sawit menunjukkan ketangguhan selama pandemi Covid-19 dari aspek kontribusi terhadap perekonomian dan pembangunan nasional.
Di daerah sentra kelapa sawit, aktivitas perekonomian terus berjalan tanpa hambatan.
“Dari survei yang kami lakukan di 11 provinsi dan 31 kabupaten, pandemi Covid-19 tidak mengganggu ekonomi petani sawit,” ujar Rino Afrino, Sekjen DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) dalam siaran pers, beberapa waktu lalu.
Sementara Direktur Utama dan Pendiri Nusantara Sawit Sejahtera, Teguh Patriawan menyatakan, industri sawit ikut menopang perekonomian Indonesia.
Menurut dia, jika tidak ada kelapa sawit, Indonesia bisa kehilangan sumber devisa ekspor sekitar US$ 20 miliar hingga US$ 25 miliar per tahun dari total nilai ekspor sebesar US$ 200 miliar per tahun.
“Sebanyak 8 juta – 10 juta tenaga kerja terancam menganggur dan penerimaan pajak negara juga akan berkurang,” terang Teguh, Minggu (19/9).
Sama seperti industri sawit nasional, Teguh menyatakan, Covid-19 tidak terlalu berdampak pada kinerja perusahaan. Karyawan masih bisa beraktivitas seperti biasa dengan menerapkan protokol kesehatan.
Kondisi ini didukung tempat kerja di ruang terbuka. Namun, memang ada tambahan pekerjaan pada transpotasi karena semua yang keluar masuk perusahaan harus melakukan pengecekan antigen atau PCR.
Teguh yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi Tetap Perkebunan Kadin .ikut aktif berjibaku mengatasi kampanye hitam kelapa sawit.
Dalam menangani kampanye hitam, Teguh menggunakan data akurat menjadi kunci. Selain itu dia juga terus mendorong penerapan prinsip sustainable development secara konsisten.
Teguh bersyukur, komoditas kelapa sawit masih bertahan, meski badai kampanye hitam gencar menyerang.
“Saya yakin, ke depan, kelapa sawit akan menjadi tanaman unggulan untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati dunia. Produktivitas tanaman sawit jauh lebih besar dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain.” jelasnya.