Seng ada lawan. Itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan harga batu bara. Komoditas ini sedang menjadi incaran sehingga harganya naik bukan kepalang.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat US$ 247/ton. Meroket 9,41% dibandingkan posisi hari sebelumnya sekaligus jadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Kenaikan harga batu bara memang luar biasa. Dalam sepekan terakhir, harga naik 25,97% secara point-to-point. Sejak akhir 2020 (year-to-date), harga si batu hitam melejit 183,23%.
Harga gas alam yang melonjak menjadi penyebab utama kenaikan harga batu bara. Saat harga gas alam semakin mahal, menggunakan batu bara yang lebih murah tentu adalah pilihan yang realistis.
Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 75,725/MWh pada 28 September 2021.
Dengan batu bara, harganya hanya EUR 50,53/MWh. Ini membuat batu bara kembali menjadi primadona, bahkan di Eropa yang menjunjung tinggi isu ramah lingkungan.
“Melihat situasi di Eropa, gas alam sudah tidak lagi bisa bersaing dengan batu bara. Akibatnya, penggunaan batu bara semakin meningkat,” sebut kajian ELS Analysis, konsultan energi yang berbasis di Swedia, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/10).
Tidak hanya di Eropa, permintaan di Asia pun melesat. Riset Commerzbank menyebut cuaca panas dan pemulihan ekonomi di China membuat kebutuhan batu bara meningkat.
Indonesia akan diuntungkan dengan harga batu bara yang melambung ini. Sebab, Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar di dunia. Pada 2019, ekspor batu bara Indonesia mencapai 455 juta ton.
Tingginya harga batu bara (dan komoditas lain) membuat ekspor Indonesia terdongkrak. Pada Agustus 2021, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 21,42 miliar. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia merdeka.