JAMBI – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jambi terus melakukan sosialisasi pencegahan stunting.
Sosialisasi berlangsung di Dusun Rantau Makmur, Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, Kabupaten Bungo, Jumat (15/10/2021).
BKKBN terus berkolaborasi bersama mitra kerjanya, Anggota DPR dapil Jambi serta pihak terkait dan masyarakat setempat.
Mitra kerja yang hadir kali ini adalah Zulfikar Achmad sekaligus mantan Bupati Bungo dua periode, Jumat (15/10/2021).
Kepala BKKBN Jambi Munawar Ibrahim menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stunting adalah kurangnya asupan gizi, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya, melainkan menggangu perkembangan otaknya.
Ini sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, serta produktivitas dan kreativitas anak.
Oleh karena itu, upaya percepatan penurunan stunting perlu keterlibatan dalam berbagai semua pihak dengan mengedukasi kepada masyarakat melalui program yang dibuat BKKBN.
Program ini dibuat mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 dan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting yang dijadikan landasan dasar.
“Perempuan yang pada masa remaja tidak tercukupi kebutuhan gizinya, hamil lalu melahirkan di usia muda memiliki potensi melahirkan anak yang stunting,” katanya.
Program stunting memiliki target sasaran yang meliputi anak remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia nol hingga sembilan bulan.
“Apabila semua pihak bekerja sama dalam mengatasi stunting, permasalahan gizi dan masalah kemanusiaan dapat teratasi,” katanya.
Sudah Yakin Mau Nikah? Simak Rekomendasi Ampuh BKKBN Jambi
BKKBN memberikan rekomendasi perencaan membangun keluarga. Berdasarkan ilmu kesehatan, lanjutnya, umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah 21 tahun bagi wanita, kemudian umur 25 tahun bagi pria.
“Usia tersebut dianggap masa yang paling baik untuk berumah tangga, karena sudah matang dan bisa berpikir dewasa secara rata-rata,” katanya.
Lalu, membina hubungan antar pasangan, baik dengan keluarga lain maupun kelompok sosial.
Menurut Ibrahim, di balik pernikahan ada persoalan psikologis yang harus menjadi perhatian, yakni mengenai psikis dan mental dari kedua pasangan yang menikah, terutama bagi perempuan, karena menikah berkaitan dengan organ reproduksi yang matang untuk siap menjadi orang tua.
“Merencanakan kelahiran anak pertama sangat penting karena persiapan untuk menjadi orang tua,” jelasnya.
Selanjutnya, mengatur jarak kehamilan dengan menggunakan alat konstrasepsi dan berhenti melahirkan di usia 35 tahun, agar dapat merawat balita secara optimal.
“Rekomendansi yang terakhir merawat dan mengasuh anak usia balita guna memenuhi kebutuhan dasar anak dengan kasih sayang dan stimulasinya,” kata dia.
Rekomendasi ini demi kebaikan masyarakat agar pasangan yang baru menikah memiliki kesiapan matang dalam mengarungi rumah tangga, sehingga dalam keluarga juga tercipta hubungan yang berkualitas.
Dalam berumah tangga sekaligus menjaga keharmonisannya bukan suatu pekerjaan yang mudah, karena memerlukan kedewasaan berpikir dan bertindak setiap adanya guncangan yang muncul, baik guncangan akibat ekonomi, masalah internal maupun eksternal.
Selain itu, Munawar Ibrahim juga memaparkan Pendataan Keluarga (PK) dan Kelompok Sasaran Program (Bangga Kencana) yang telah berlangsung secara serentak seluruh Indonesia sejak 1 April 2021 sampai 31 Mei 2021 lalu.
Sekedar informasi, program ini bertujuan mengumpulkan data primer terkait data pembangungan keluarga dan kependudukan. Penting dilakukan untuk memotret dan mengenali keluarga Indonesia.
Pendataan juga dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala keluarga Indonesia dalam fungsi vital di bidang kesehatan, pendidikan, serta ekonomi.
Bahkan, menyediakan profil pasangan usia subur, keluarga dengan balita, keluarga dengan remaja, keluarga dengan lansia, keluarga berisiko stunting, dan aspek kesejahteraan keluarga by name by address yang tidak tersedia secara lengkap pada sumber data manapun.
BKKBN juga menargetkan program ini akan membantu proses pembentukan “Satu Data Keluarga Indonesia”.
BKKBN berharap PK dan Bangga Kencana ini bisa menjadi dasar kebijakan strategis pemerintah untuk meningkatan dan pemerataan pembangunan serta kesejahteraan keluarga.