JAKARTA – Para pelaku perkebunan kelapa sawit nasional berkomitmen menerapkan praktik sawit berkelanjutan menyusul permintaan pasar global terhadap minyak sawit bekelanjutan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Direktur Asian Agri Bernard Riedo menyatakan salah satu upaya yang dilakukan yakni sustainability policy & certifications, yang meliputi no deforestasi, perlindungan lahan gambut, dan peningkatan dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar kebun.
Praktik sawit berkelanjutan, tambahnya, dilakukan melalui penerapan inisiatif berkelanjutan (sustainable initiative) perusahaan, yakni dengan adanya penerapan best management practices (BMP) dalam budi daya kelapa sawit termasuk kepada mitra petani.
Kemudian, dukungan benih sawit unggul, pemberian premium sharing bagi petani yang telah menerapkan praktik sawit berkelanjutan, serta melakukan menajemen energi dengan memanfaatkan limbah sawit menjadi biogas.
“Termasuk melakukan pengembangan komunitas, penerapan program pencegahan kebakaran lahan dan hutan, dukungan Asian Agri Learning institute, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait,” ujar Bernard, Sabtu (11/12).
Sementara itu, Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk M Hadi Sugeng menyatakan praktik sawit berkelanjutan telah dilakukan semenjak 2011 lalu sesuai kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Merujuk informasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), sampai September 2021, capaian sertifikat ISPO perusahaan anggota Gapki telah dikeluarkan sebanyak 542 sertifikat, untuk non-Gapki 275 sertifikat, dan yang didapat petani sebanyak 24 sertifikat, dengan total sebanyak 841 sertifikat.
Untuk percepatan penerapan ISPO, kata Hadi yang juga Kepala Bidang Implementasi ISPO Gapki, pihaknya juga melakukan beberapa langkah seperti coaching & clinic ISPO skema Permentan No 11/2015, dilakukan di 11 cabang Gapki dengan jumlah perusahaan 349 dan meliputi 631 orang, selama periode 2018-2020, kegiatan ini diselenggarakan untuk anggota dan nonanggota Gapki.
“Serta bekerja sama dengan Sekretariat Komisi ISPO dan melibatkan instansi
terkait dari pemerintah daerah,” katanya.
Sementara itu, Plt Direktur Kemitraan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Edi Wibowo mengatakan fokus program pengembangan industri sawit dalam negeri meliputi di sektor hulu, yakni program peremajaan sawit rakyat (PSR), dukungan sarana dan prasarana, serta program pengembangan SDM.
“Dampak untuk petani sawit swadaya berupa efisiensi biaya usaha berkebun sawit rakyat, serta harga jual TBS sawit yang optimum,” katanya.
Hingga Oktober 2021, tambahnya, jumlah pekebun sawit yang terlibat dalam PSR mencapai 102.209 petani, dengan luas lahan sekitar 234.392 ha, serta dana yang telah tersalurkan sejumlah Rp6,34 triliun.