JAMBI – Tiga warga Merangin yang menjadi terpidana mati kasus pembunuhan dan pencurian yang disertai dengan pemerkosaan terhadap warga Suku Anak Dalam (SAD) pada 2000 lalu hingga saat ini belum dieksekusi dan kini mereka ditahan di Lapas Kelas II A Besi, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jambi Sapto Subroto mengatakan saat ketiga terpidana mati asal Jambi adalah Syofian bin Azwar, Harun bin Ajis serta Sargawi bin Sanusi, ketiganya belum dieksekusi dan masih menunggu proses yang ada.
Sapto mengatakan ketiganya saat ini masih ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Besi, Nusakambangan, dan untuk pelaksanaan eksekusi mati tersebut tidak semudah yang dibayangkan karena perlu penanganan dengan baik agar tidak melanggar aturan yang ada.
Kajati menyebutkan proses hukum yang bisa dilakukan oleh ketiga terpidana mati tersebut juga belum selesai dimana sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi, pengajuan Peninjauan Kembali (PK) oleh seorang terpidana tidak boleh dibatasi dimana kalau dulu hanya boleh dua kali ajukan PK namun saat ini setelah ada putusan MK, PK tidak boleh dibatasi.
“Jadi, pemerintah menghormati proses hukum yang ada,” kata Sapto, Kamis (23/12).
Kasus pembunuhan sadis itu terjadi pada Sabtu 29 September 2000, sekitar pukul 19.30 WIB di daerah Ulu Sungai Kunyit, Dusun Petekun, Desa Baru Nalo, Kecamatan Batang Masumai (Kecamatan Bangko saat itu).
Kejadian itu bermula ketika Harun, bersama dengan Sargawi dan Syofial, melakukan pencurian di sebuah rumah yang terletak di daerah Ulu Sungai Kunyit, Dusun Petekun, Desa Baru. Awalnya ketiganya berniat melakukan pencurian namun ternyata mereka juga memperkosa Arrau warga SAD yang tinggal di rumah tersebut sebelum membunuhnya.
Tidak hanya Arrau, enam orang warga SAD atau orang rimba lainnya yang tinggal di rumah itu juga dibunuh ketiga pelaku yakni korbannya bernama Tampung Majang, Bungo Perak, Rampat Bebat, Pengendum, Nyabung, dan Bungo Padi. Ketujuh korban dihabisi dengan menggunakan sebilah parang dan dipukuli dengan batang kayu.
Atas perbuatannya, ketiga terpidana itu divonis mati oleh Pengadilan Negeri Bangko pada November 2001. Putusan itu dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Jambi pada 2002 dan kemudian mereka mengajukan grasi pada tahun 2011 serta mengajukan Peninjauan Kembali (PK) namun ditolak.