JAMBI – Mempertimbangkan kondisi terkini serta kebijakan pemerintah maupun pelaku usaha tekanan inflasi pada Januari 2022 di Provinsi Jambi diprakirakan tetap stabil dan terkendali.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Suti Masniari Nasution mengatakan, sumber tekanan inflasi terutama masih berasal dari komoditas bahan pangan yang masih disebabkan oleh berkurangnya pasokan selama musim penghujan.
Sementara itu, adanya potensi menurunnya permintaan di masyarakat pasca Hari Besar Keagamaan Nasional ( HBKN) Natal dan tahun baru menyebabkan tekanan inflasi masih terjaga di level normal.
“Dalam rangka menjaga inflasi tetap berada pada sasaran yang ditetapkan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi akan terus memperkuat koordinasi dan sinergi dengan pemerintah daerah melalui TPID dan Tim Satgas Pangan untuk menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif terkait perkembangan inflasi,” ungkap Suti Masniari Nasution, Rabu (12/1).
Ia menyebutkan, jika melihat sedikit kebelakang berdasarkan data BPS Provinsi Jambi, pada Desember 2021 Provinsi Jambi mengalami inflasi bulanan sebesar 0,48 persen (mtm).
Dengan angka tersebut, maka secara tahunan Jambi mengalami inflasi sebesar 1,66 persen (yoy) dan secara tahun berjalan tercatat inflasi Jambi sebesar 1,66 persen (ytd).
Secara keseluruhan, jenis barang dan jasa yang menyumbang inflasi adalah komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yaitu daging ayam ras sebesar 0,12 persen (mtm), minyak goreng 0, 1 1 persen (mtm), cabai rawit 0,09 persen(mtm), dan telur ayam ras 0,03 persen (mtm).
Secara umum, tambah Suti Masniari Nasution, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan karena meningkatnya permintaan dan berkurangnya pasokan di daerah akibat berakhirnya masa panen raya yang telah berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
“Sementara itu, berkurangnya pasokan komoditas cabai rawit dan sayuran akibat musim penghujan juga mendorong terjadinya inflasi,” ujarnya.